Kamis, 28 Oktober 2010

Ciri-Ciri Organisasi

Adapun ciri-ciri dari organisasi adalah
- Adanya komponen ( atasan dan bawahan)
- Adanya kerja sama (cooperative yang berstruktur dari sekelompok orang)
- Adanya tujuan
- Adanya sasaran
- Adanya keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati
- Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas

Menyangkut hal itu pengertian organisasi juga merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.


  • Ciri-Ciri Organisasi Sosial
Menurut Berelson dan Steiner(1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya.Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada organisasi tersebut.Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala “birokrasi”.

Lamanya menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih lama daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu.Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa ciri lain yang behubungan dengan keberadaan organisasi itu. Diantaranya ádalah:Rumusan batas-batas operasionalnya(organisasi) jelas. Seperti yang telah dibicarakan diatas, organisasi akan mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.Memiliki identitas yang jelas.

Organisasi akan cepat diakui oleh masyarakat sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi mengenai organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri, dan lain sebagainya.Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.Jadi, dari beberapa ciri organisasi yang telah dikemukakan kita akan mudah membedakan yang mana dapat dikatakan organisasi dan yang mana tidak dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi.

EFISIENSI dalam ORGANISASI

Ungkapan kata efisiensi dan efektifitas dapat diartikan secara menyeluruh dalam setiap aktivitas / kegiatan organisasi. Kedua kata tersebut merupakan kata yang dapat saling melengkapi. Mengapa begitu ? Karena kata efisiensi menceritakan bagaimana suatu usaha dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan eksploitasi yang semakin meningkat karena penggunaan biaya/dana yang sudah melebihi target yang direncanakan.

Di satu sisi, maksud dari efektifitas adalah meminta dan berusaha agar segala usaha atau aktivitas organisasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan dengan tetap melakukan efesiensi secara benar sesuai porsinya.Jangan salah kaprah, jika efisiensi dilakukan hanya semata-mata untuk mengurangi agar beberapa pos pengeluaran mengalami penurunan, dengan tidak memperhitungkan ketidak-efektifan produktifitas kinerja, yang terjadi malah kinerja menurun. Dan sudah pasti program kerja tidak akan berjalan dengan semestinya.

Langkah terpenting dapat dilakukan untuk mewujudkan efisiensi dan efektifitas adalah meningkatkan produktiftas SDM, ciptakan aturan dan mekanisme kerja yang konsisten serta penyaluran dana/biaya operasional yang betul-betul dipergunakan demi kepentingan kerja/kedinasan secara langsung sesuai dengan kepentingannya dan program efisiensi dan efektifitas dilakukan secara merata pada semua lini atau bagian di lingkup organisasi, serta efisiensi harus terus tetap dilakukan dalam kondisi apapun, asalkan tidak menghambat kinerja organisasi.

  • Beberapa pengertian efisiensi
Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input.
Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara suatu kegiatan dengan hasilnya. Menurut definisi ini, efisiensi terdiri atas 2 unsur yaitu kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut. merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan.

Pernyataan H. Emerson adalah:“Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan outputefisiensi adalah sesuatu yang kita kerjakan berkaitan dengan menghasilkan hasil yang optimal dengan tidak membuang banyak waktu dalam proses pengerjaannya.efektif belum tentu efisien dan begitu sebaliknya.

Sabtu, 23 Oktober 2010

Fungsi dan Manfaat Organisasi Umum

  • Tujuan
Setiap organisasi harus memiliki tujuan. Tujuan dicerminkan oleh sasaran-sasaran yang dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiga bidang utama dalam tujuan organisasi yaitu profitability (keuntungan), growth (pertumbuhan), dan survive (bertahan hidup). Ketiganya harus berjalan berkesinambungan demi kemajuan organisasi.

  • Kumpulan Orang
Jelas, tidak mungkin jika organisasi hanya terdiri dari satu orang yang ingin mencapai tujuannya sendiri. Dari definisi dijelaskan bahwa organisasi setidaknya terdiri dari kumpulan orang, berarti minimal dua, yang memiliki tujuan bersama.
  • Struktur
Struktur dibentuk dalam sebuah organisasi dengan tujuan agar posisi setiap anggota organisasi dapat dipertanggungjawabkan, mengenai hak maupun kewajibannya. Struktur dibentuk agar organisasi berjalan rapi, karena terdapat struktur komando, siapa yang berwenang dan siapa yang diberi wewenang.
  • Sistem dan Prosedur
Karakteristik yang terakhir ini menggambarkan bahwa sebuah organisasi diatur berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan bersama dan tentu saja harus dengan penuh komitmen dalam menjalankannya. Implementasi dari sistem dan prosedur ini ialah adanya ketetapan mengenai tata cara, sistem rekrut, dan birokrasi.
Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap eksistansi suatu organisasi. Organisasi cenderung memainkan peran menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, entah itu demografi, ekonomi, politik, budaya, juga alam sekitar. Jadi, kemajuan organisasi harus selaras dengan perubahan lingkungan.

  • Beberapa manfaat organisasi yaitu:
1. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik.
2. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah, jika organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan generasi mudah yang tangguh dan ksatria.
3. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi.
4. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengn munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan.

Masalah dalam Organisasi Umum

Hal-hal yang sering terjadi didalam sebuah ORGANISASI, yang merupakan sesuatu budaya yang ada saat ORGANISASI tersebut mulai dijalankan. KONFLIK Secara sosiologis diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain hingga tak lagi berdaya. KEPUTUSAN merupakan suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan – kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya.


Sedangkan SOLUSI adalah penyelesaian suatu konflik serta hasil akhir dari suatu keputusan bersama. Jadi dapat disimpulkan, bahwa ketiga point tersebut sangat berhubungan dalam memecahkan masalah yang ada didalam sebuah ORGANISASI, sebab dalam setiap kegiatan dimana-mana pasti ada konflik-konflik yang terjadi, entah karena suatu perbedaan pendapat atau yang lainya, sehingga dengan begitu, solusi sangat diperlukan sebagai penyelesaian dari masalah tersebut, dengan keputusan yang dibuat bersama-sama.


Pada umumnya pengambilan keputusan dan solusi masalah dalam berorganisasi dibutuhkan suatu kesepakatan yang benar-benar disetujui oleh semua pihak yang terkait dalam pemecahan masalah tersebut untuk menghindari konflik yang muncul. Konflik ini memang sering terjadi disaat pengambilan keputusan sedang berlangsung, disebabkan karena pendapat masing-masing kelompok atau anggota yang berbeda. Perbedaan pendapat ini merupakan bagian dari hirarki pengambilan keputusan serta solusinya, maka dari bebagai pendapat yang ada, kemudian dikumpulkan lalu dibicarakan maksud dan tujuannya, agar pihak yang terlibat bisa mengerti bagaimana tujuan yang sebenarnya. Solusi merupakan hasil akhir dari berbagai macam bentuk keputusan yang ada, yang disepakati bersama dengan persepsi atau sudut pandang dari semua pihak yang terkait dalam masalah tersebut, sehingga masalah tersebut dapat dipecahkan.

Perancangan Organisasi Umum

Bagaimana merancang sebuah organisasi? Sebelum pertanyaan tersebut dipaparkan secara ilmiah dengan berbagai macam teori-teori organisasi, maka perlu disamakan terlebih dahulu persepsi mengenai organisasi seperti apa yang hendak dirancang dan apa itu aktivitas merancang organisasi.

Organisasi merupakan sekumpulan orang yang membentuk sebuah sistem terpadu mengenai bagaimana orang-orang dalam organisasi mencapai tujuan yang sama. Tujuan tersebut sering dituangkan dalam sebuah wadah yakni Visi. Orang-orang dalam organisasi, seberapa besarpun organisasi itu, pasti memiliki tujuanbersama yang ingin dicapai. Tujuan yang dicapai tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, secara individual. Sehingga membentukalah organisasi. Berasal dari kata dasar organ. Arti harfiahnya dalam istilah biologi kurang lebih berarti sekumpulan jaringan yang membentuk satu kesatuan dimana dapat melakukan fungsi tertentu secara independen. Kata organ mendapat imbuhan ’isasi’. Sehingga bisa diartikan sebagai proses dan sekumpulan aktivitas. Mengenai jumlah orang dalam organisasi, dalam hal ini tidak dibatasi. Perancangan organisasi yang akan dibahas di sini bersifat umum dan bisa diterapkan dalam jenis organisasi apa saja dan jumlah orangnya berapa saja. Mulai dari organisasi kampus, sosial kemasyarakatan, industri rumah tangga dan organisasi perusahaan, serta sebuah partai politik.

Kata ’perancangan’ sering disamaartikan dengan fungsi perencanaan dalam keilmuan manajemen secara umum. Hal ini memang tidak salah. Namun dalam perancangan organisasi akan lebih detail dijelaskan bagaimana strategi spesifik mengenai langkah-langkah agar organisasi terbentuk. Secara spesifik perancangan organisasi adalah sebuah usaha formal, proses yang terarah untuk mengintegrasikan manusia, informasi dan teknologi dalam sebuah organisasi. Perancangan organisasi di gunakan untuk mempertemukan bentuk organisasi yang sedekat mungkin dengan tujuan yang ingin diraih oleh organisasi. Melalui desain proses, aktivitas organisasi untuk meningkatkan kemungkinan dari usaha bersama seluruh anggota organisasi mencapai kesuksesan.

  • Visi Misi

Visi merupakan keinginan akan keadaan di masa mendatang yang dicita-citakan oleh seluruh anggota organisasi mulai dari jenjang paling bawah hingga yang paling atas. Misi adalah serangkaian cara untuk melaksanakan atau mewujudkan visi. Bisa terdiri dari lebih dari satu uraian. Jika ditinjau dari segi istilah secara ilmiah, maka visi dan tujuan organisasi berbeda dari sudut pandang frame atau horison waktu. Visi mempunyai horison waktu jangka panjang, sedangkan tujuan merujuk pada suatu satuan waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selanjutnya yang pasti dilakukan adalah memberi nama, logo dan motto atau slogan organisasi. Nama bisa mencerminkan bidang organisasi yang digeluti, singkatan dari sebuah slogan atau motto tertentu, serta biasanya dihiasi dengan warna-warna unik yang mempunyai makna. Value and belief perlu dirancang di awal untuk menentukan prinsip-prinsip dasar organisasi dan nilai dasar yang dianut. Sebagai contoh adalah prinsip dasar sebuah organisasi menggunakan landasan antikorupsi. Dalam prakteknya, perancangan value and belief sudah pasti dimiliki oleh semua organisasi. Hanya saja dengan nama yang diistilahkan berbeda. Misalnya sebuah organisasi perusahaan memberikan nama ’prinsip dasar perusahaan’.


  • Strategi

Strategi secara mudah didefinisikan sebagai serangkaian cara tertentu yang berkesinambungan untuk mencapai tujuan sebuah organisasi. Strategi secara umum terbagi menjadi dua, yakni bersifat strategis dan operasional. Jika bersifat strategis, maka hanya orang-orang yang terletak di jajaran pimpinan yang akan membahas. Sedangkan bersifat operasioanl karena sudah mencakup langkah-langkah teknis di lapangan untuk mencapai sebuah tujuan.
Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT (strength, weakness, opportunities dan threat). Merupakan analisis yang digunakan untuk memetakan bagaimana kondisi internal organisasi pada saat dirancang, dikaitkan dengan visi-misi dan tujuan organisasi. Dan kondisi eksternal perusahaan, baik berupa peluang dan ancaman yang akan mempengaruhi organisasi. Selanjutnya akan dirumuskan strategi berdasarkan keempat faktor tersebut. Jika dicontohkan dalam sebuah gambar adalah sebagai berikut. Contoh organisasi yang dibentuk adalah perusahaan perak. Strategi yang dipilih adalah gabungan antara kekuatan dan peluang.

Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah falsafah yang mendukung kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan.
Budaya organisasi yang terbentuk, dikembangkan, diperkuat atau bahkan diubah, memerlukan praktik yang dapat membantu menyatukan nilai budaya anggota dengan nilai budaya organisasi. Praktik tersebut dapat dilakukan melalui induksi atau sosialisasi, yaitu melalui transformasi budaya organisasi. Sosialisasi organisasi merupakan serangkaian aktivitas yang secara substantif berdampak kepada penyesuaian aktivitas individual dan keberhasilan organisasi, antara lain komitmen, kepuasan dan kinerja. Beberapa langkah sosialisasi yang dapat membantu dan mempertahankan budaya organisasi adalah melalui seleksi calon karyawan, penempatan, pendalaman bidang pekerjaan, penialian kinerja, dan pemberian penghargaan, penanaman kesetiaan pada nilai-nilai luhur, perluasan cerita dan berita, pengakuan kinerja dan promosi.

  • Peranan Budaya Organisasi
Dalam lingkungan kehidupannya, manusia dipengaruhi oleh budaya di mana ia berada, seperti nilai-nilai, keyakinan, perilaku sosial atau masyarakat yang kemudian menghasilkan budaya sosial atau budaya masyarakat. Hal yang sama juga terjadi pada anggota organisasi, dengan segala nilai, keyakinan dan perilakunya di dalam organisasi yang kemudian akan menciptakan budaya organisasi.
Dari uraian di atas dapat dikatan bahwa budaya perusahaan pada dasarnya mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi, termasuk mereka yang berada dalam hierarki organisasi. Bagi organisasi yang masih didominasi oleh pendiri, misalnya, maka budayanya akan menjadi wahana untuk mengkomunikasikan harapan-harapan pendiri kepada para pekerja lainnya. Demikian pula jika perusahaan dikelola oleh seorang manajer senior otokratis yang menerapkan gaya kepemimpinan top down. Disini budaya juga akan berperan untuk mengkomunikasikan harapan-harapan manajer senior itu.


  • Perspektif budaya organisasi.
Perspektif ini melahirkan kebudayaan sebagai suatu yang bersifat fisik dan konkret yang melekat pada sistem sosial masyarakat sebagai sebuah struktur dengan batas-batas yang pasti dalam sistem sosial. Sebaliknya jika ditelaah dari perspektif subjektif, kebudayaan tersusun atas teori-teori dunia para anggotanya, yakni makna, lambang dan nilai-nilai yang dimiliki bersama. Dunia kebudayaan dan dunia sosial dilihat sebagai sesuatu yang berbeda tetapi berinterelasi. Artinya dimensi kebudayaan suatu masyarakat dapat berkembang secara tidak serasi dengan dimensi struktur dan proses formalnya. Inti kajiannya terpusat pada upaya mengungkap sifat simbolik dari struktur dan peristiwa dalam masyarakat. Yang dicari adalah makna yang bersifat mendalam dari peristiwa, tindakan, dan segala sesuatu yang menjadi latar belakang disamping yang bersifat instrumental.

Adanya dikotomi perspektif budaya sebagaimana diuraikan di atas, menurut Alvesson dan Berg (1988) yang dikutip Poespadibrata (1993:160), seringkali menimbulkan kerancuan dalam studi dan pembahasan tentang budaya organisasional. Karena itu, dalam konteks penelitian pemahaman terhadap pendekatan atau teori mana yang akan digunakan menjadi penting. Mengingat, bagaimana budaya organisasi dikonsepsikan akan berpengaruh kepada bagaimana budaya organisasi didefinisikan.
Menurut Sackman (1991:90) terdapat tiga perspektif utama dalam memandang budaya organisasi, yaitu 1) perspektif holistik, 2) perspektif variabel, dan 3) perspektif kognitif. Perspektif holistik memandang budaya sebagai cara-cara terpola mengenai berpikir, menggunakan perasaan dan bereaksi. Perspektif variabel penekanannya pada pengekpresian budaya. Sedangkan perspektif kognitif memberi penekanan kepada keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma, pengetahuan yang diorganisasikan yang ada dalam pikiran orang-orang untuk memahami realitas. Dalam perspektif kognitif ini, esensi budaya adalah konstruksi bersama mengenai realitas sosial.

Organisai FBR (Forum Betawi Rempug)

Forum Betawi Rempug (FBR) adalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang melintasi etnis Betawi di Jakarta, anggotanya biasanya berasal dari preman gapunya kerjaan ato gembel betawi yang mau cari duit tapi gamau repot,Dimana alokasi pemberdayaan warga asli (Betawi) kurang porposional sebab maklum aja orang betawi pendidikannya masih rendah, belom siap menghadapi kemajuan zaman, zaman yang disalahkan. FBR mulai jadi sorotan sejak kelompok ini menyerang anggota UPC (Konsorsium Rakyat Miskin Kota) di halaman kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, pada 2002.Saat itu anggota UPC meminta Komnas HAM mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membatalkan aksi penggusuran terhadap masyarakat miskin kota. Tiba-tiba anggota FBR muncul dan menyerang rombongan UPC. Akibatnya, tiga orang mengalami luka-luka.

Ketua FBR adalah Fadloli El Muhir,merupakan preman sentral organisasi ini. Dia sempat masuk dalam kepengurusan Partai Demokrasi Indonesia pimpinan Soerjadi. Menjelang Pemilu 2004, Fadloli ikut membidani lahirnya Aliansi Penyelamat Indonesia bersama sejumlah tokoh politik dan bekas petinggi polisi. Sejumlah deklarator aliansi ini akhirnya menjadi anggota tim sukses pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid.

Fadloli juga memiliki hubungan baik dengan keluarga bekas presiden Soeharto. Pondok pesantrennya di kawasan Pondok Kopi, Jakarta Timur, mendapat sumbangan khusus dari keluarga Soeharto, dua tahun lalu. Untuk mengabadikannya, salah satu ruangan di pesantren putri itu diberinya nama Ruang Tien Soeharto untuk menjilat keluarga soeharto biar dikasi duit terus.

Sekjen FBR, Lutfi Hakim, mengakui adanya sumbangan dari keluarga Soeharto melalui Siti Hardijanti Indra Rukmana bagi pembangunan pesantren mereka.Tapi, sepanjang berdirinya, FBR telah mencari dana melalui pemalakan, pemerasan, pungutan liar kepada warung-warung di daerah mereka.

Fadloli akhirnya meninggal secara misterius meski secara kedokteran meninggal karena serangan jantung. mungkin karena diazab Yang Maha Kuasa.


  • Rusuh REMPOA akibat serangan FBR.
Bentrok antara anggota Forum Betawi Rempug dan warga Rempoa,meluas dan melibatkan tiga ormas lain, disesalkan banyak kalangan, terutama warga Rempoa, tempat di mana bentrokan ini terjadi. Kekerasan yang tak perlu, karena dipicu hanya karena tersinggung, bendera yang dipersiapkan menyambut hari kelahiran, dicabut warga. Keributan jadi tersulut, karena warga FBR yakin, yang mencabut bendera mereka bukan warga biasa, tapi anggota ormas lain.
Dalam peristiwa ini, 32 orang anggota ormas yang terlibat keributan dibawa malam itu juga. Bersama mereka, polisi menyita belasan senjata tajam yang menurut polisi dirampas dari tangan para anggota ormas yang terlibat. Keesokan harinya, dari 32 orang yang ditangkap, 30 orang diantaranya ditetapkan sebagai tersangka, 23 orang dari mereka ditahan, sedang tujuh orang lainnya dilepas dengan status wajib lapor.
Bentrok yang melibatkan empat ormas di Jakarta ini, disesalkan banyak kalangan, apalagi karena persoalan sepele. Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane menilai, terjadinya peristiwa Sabtu malam ini, bukti intelejen polisi di Jakarta tidak berjalan baik, sehingga potensi konflik yang ada tidak terbaca. Padahal pemerintah sudah memberi anggaran tinggi untuk mendukung kerja polri, 27 triliyun rupiah lebih.Haji Mahmud, warga Rempoa, tempat di mana bentrokan terjadi, mengaku ia dan keluarga terus dilanda kecemasan sejak peristiwa itu. Iapun tak mengerti, mengapa truk dan Metromini miliknya ikut dirusak, padahal ia tak pernah terlibat masalah dengan ormas-ormas itu.
Demikian juga dengan Prastawaningsih. Wanita asli Betawi inipun tak habis fikir, sampai ikut diserang oleh organisasi massa yang mengaku mewadahi kalangan Betawi.
Dua hari setelah kejadian, difasilitasi Kapolda Metro Jaya, Irjen Polisi Timur Pradopo, empat ormas yang terlibat pertikaian, FBR, Forkabi, Kembang Latar dan Pemuda Pancasila, melakukan pertemuan dan kesepakatan berdamai.Pimpinan keempat ormas, akhirnya menyatakan berdamai. Mereka sepakat untuk sama-sama meredam potensi konflik dan akan mendinginkan suasana di bawah, seraya mengimbau anggota masing-masing, tidak mudah terprovokasi.


  • FBR pergi,REMPOA mulai pulih.
Massa Forum Betawi Rempug atau FBR bergerak ke Kebayoran Lama atau tepatnya sebelum perlintasan kereta api. Situasi pun terpantau sudah normal kembali.
"Massa FBR sekarang kumpul di sekitar Kebayoran Lama, tapi situasi masih normal," ujar Petugas Jaga Polsek Kebayoran Lama Briptu Sukardi.Pendapat serupa juga dilontarkan oleh Patricia, warga Rempoa, Bintaro. Kondisi di sekitar lingkungan rumahnya sampai dengan berita ini diturunkan sudah normal kembali. Akan tetapi, para warga belum berani keluar rumahnya masing-masing. "Sudah normal lagi sekarang," ungkapnya.
Sebelumnya, Jalan Rempoa, Bintaro, macet total. Konvoi massa FBR berujung bentrok dengan komunitas Betawi Kembang Latar. Massa FBR saling berhadapan dengan massa Kembang Latar. Berdasarkan informasi yang beredar, kedua kubu akan mendatangkan massa lebih banyak lagi.
Akibat bentrok dua kelompok komunitas Betawi itu, semua kendaraan dari berbagai arah menuju Bintaro mengalami kemacetan parah. Suasana menjadi bertambah ngeri karena di Jalan Pahlawan, tak jauh dari kawasan Bintaro, listrik dipadamkan.

Selasa, 19 Oktober 2010

ORGANISASI KOPERASI SEKOLAH

Koperasi sekolah adalah koperasi yang didirikan di lingkungan sekolah yang anggota-anggotanya terdiri atas siswa sekolah. Koperasi sekolah dapat didirikan pada berbagai tingkatan sesuai jenjang pendidikan, misalnya koperasi sekolah dasar, koperasi sekolah menengah pertama, dan seterusnya.



LANDASAN POKOK

Landasan pokok dalam perkoperasian Indonesia bersumber pada UUD 1945 pasal 33 ayat (1). Pasal ini mengandung cita-cita untuk mengembangkan perekonomian yang berasas kekeluargaan. Peraturan yang lebih terperinci tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Undang-undang ini berisi pedoman bagi pemerintah dan masyarakat mengenai cara-cara menjalankan koperasi, termasuk koperasi sekolah. Koperasi tidak berbadan hukum. Pengurus dan pengelola koperasi sekolah dilakukan oleh para siswa di bawah bimbingan kepala sekolah dan guru-guru, terutama guru bidang studi ekonomi dan koperasi. Tanggung jawab ke luar koperasi sekolah tidak dilakukan oleh pengurus koperasi sekolah, melainkan oleh kepala sekolah. Pembinaan terhadap koperasi sekolah dilaksanakan bersama antara Kantor Menteri Negara Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, serta Departemen Pendidikan Nasional. Koperasi sekolah tidak berbadan hukum seperti koperasi-koperasi lainnya karena siswa atau pelajar pada umumnya belum mampu melakukan tindakan hukum. Status koperasi sekolah yang dibentuk di sekolah merupakan koperasi terdaftar, tetapi tetap mendapat pengakuan sebagai perkumpulan koperasi. Pendirian Koperasi Sekolah Koperasi sekolah diharapkan menjadi sarana bagi pelajar untuk belajar melakukan usaha kecil-kecilan, mengembangkan kemampuan berorganisasi, mendorong kebiasaan untuk berinovasi, belajar menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Untuk itu dalam mendirikan koperasi sekolah diperlukan pertimbangan agar yang diharapkan. Untuk itu dalam mendirikan koperasi sekolah, diperlukan pertimbangan-pertimbangan agar selaras dengan apa yang diharapkan.


STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH

1. Anggota
2. Pengurus
3. Badan Pemeriksa
4. Pembina dan Pengawas
5. Badan Penasehat

Rabu, 02 Juni 2010

MANUSIA DAN HARAPAN

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.

Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.

Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.

Tokoh adalah istilah untuk orang yang tenar (misalnya 'tokoh politik', 'tokoh yang tampil dalam film', 'tokoh yang menerima penghargaan', dll).

*Harapan ialah keinginan yang ingin dicapai oleh hati kita dan harapan adalah
sesuatu yang membuat kita biasanya bertahan didalam rintangan harapan
adalah sesuatu yang menakjubkan. harapan akan membuat kita tetap tegak dan
menatap jauh ke depan saat begitu banyak tantangan yang kita hadapi. harapan
akan menunjukan arah kepada kaki-kaki kita walaupun kita tidak dapat melihat
jejak-jejak. harapan ialah keinginan yang ingin dicapai oleh hati kita dan
harapan adalah sesuatu yang membuat kita biasanya bertahan didalam
rintangan, harapan selalu memperlihatkan pada orang percaya bahwa di ujung
jalan yang gelap ada terang, Kita belajar memupuk harapan dengan cara yang
sama kita belajar berjalan, langkah demi langkah.

Tapi hati-hati bila memiliki harapan yang terlampau besar kareana harapan
akan berubah menjadi rasa cemas, dan membuat lemas, bila yang dijadikan
tujuan bernilai besar sementara potensi untuk mencapainya kecil. Rencana
besar, namun dari awal sudah bisa dipastikan tak akan terpenuhi. Maka lambat
laun siapapun akan menarik diri, melepaskan semua yang semula sangat
diharapkannya. Maka, rawatlah harapan yang ada, sebab harapan memberi energi
positif dan hasrat untuk terus “hidup”. Hidup terasa memiliki target, lalu
setiap penggalan pengalaman adalah tahapan menuju kepada tujuan akhir itu.
Aturlah cara berharap, karena harapan yang berlebihan hanya akan
meninggalkan jejak frustasi, membangun sensitivitas yang tidak rasional,
lalu melemahkan motivasi.

Harapan adalah suatu yang sangat penting yang membuat kita terus maju ketika
segala sesuatu terasa sulit. Ketika tidak ada harapan, manusia akan
binasa.harapan bahwa dalam setiap masalah pasti ada pelajaran yang bisa kita
petik sehingga kita bisa menjadi orang yang lebih baik bijak. Harapan bahwa
dalam diri setiap dari kita ada potensi-potensi yang akan mengantar kita
menuju impian kita. Harapan bahwa apapun yang kita impikan pasti bisa kita
raih. Perubahan-perubahan yang telah dicapai dan dinikmati selama ini tak
terlepas dari harapan-harapan yang dimiliki sebahagian manusia sebelumnya.
Seperti halnya listrik yang merupakan harapan dan upaya segelintir orang di
masa lampau. Dengan demikian, yang memiliki harapan adalah manusia optimis.

Bila harapan itu tidak dapat terwujud tidak perlu patah semangat, dan dapat
menerima realitas hidup dengan tetap berjalan pada keindahan, ketenangan,
kedamaian dan tetap semangat memunculkan harapan-harapan yang baru,Jangan
pernah berhenti berharap! Selalu ada jalan keluar yang lebih baik. Karena
harapan adalah anugerah dari Sang Pencipta yang disisipkan dalam hati setiap
umat manusia. Sekali kita kehilangan harapan, kita akan kehilangan seluruh
kekuatanmu untuk menghadapi dunia, Jadi terus memiliki harapan adalah sebuah
langkah awal anda untuk menggapai Sukes.

MANUSIA DAN KEGELISAHAN

Kehidupan manusia sekarang ini semakin maju, didukung dengan teknologi yang semakin memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitas dan kehidupannya sehari-hari. Gerak manusia semakin cepat, setiap aktivitas yang dikerjakan dikontrol oleh agenda yang senantiasa dibawa serta, mereka merasa selalu diburu waktu seakan waktu 24 jam sehari tidaklah cukup. Kehidupan seakan berjalan seperti rutinitas yang senantiasa harus dilakukan untuk mencapai 'tujuan hidup', tanpa menyampingkan hal lain, seperti kesehatan dan kebutuhan spiritual, hanya terfokus pada pekerjaan dengan dipenuhi oleh pikiran kesenangan yang akan didapat di masa yang akan datang.

Di balik itu semua, secara jujur, maukah Anda mengakui bahwa Anda merasa gelisah? Apakah kadang Anda merasa takut dan susah hati menjalani hidup yang itu-itu saja? Kalau jawabannya 'ya', jangan khawatir, karena itu adalah hal yang wajar dialami oleh manusia bahkan mungkin sampai saat kematian menghampirinya.

Kegelisahan dan kesedihan merupakan suatu kejahatan kembar yang datang beriringan dan bergandengan. Mereka hidup bersama-sama di dunia ini. Jika Anda gelisah, maka Anda akan merasa susah dan sedih, begitu pun sebaliknya. Kadangkala kita berupaya untuk menghindari mereka, lari dari kenyataan, tetapi tetap saja mereka akan senantiasa hadir dalam diri kita. Kejahatan kembar ini bukan untuk dihindari, tetapi bukan berarti kita membiarkan mereka untuk mengalahkan kita. Kita harus mengatasi mereka dengan usaha kita sendiri, dengan kemantapan hati dan kesabaran, dengan pengertian benar dan kebijaksanaan.

Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih.

Sang Buddha bersabda, "Di mana pun rasa ketakutan muncul, ia hanya akan muncul pada orang yang bodoh, tidak pada orang yang bijaksana." Ketakutan tidaklah lebih dari keadaan pikiran yang dapat menjadi subyek untuk mengendalikan dan memimpin, penyalahgunaan pikiranlah yang menghasilkan ketakutan, penggunaan yang benar akan mewujudkan harapan dan cita-cita dan dalam hal ini pikiran sepenuhnya tergantung pada diri kira sendiri.

Ada pepatah yang berbunyi, "Alam telah menganugerahi manusia untuk dapat mengendalikan seluruh isinya, kecuali satu hal, yaitu pikiran." Kenyataan ini diperkuat dengan kenyataan tambahan bahwa segala sesuatu yang diciptakan manusia dimulai dalam bentuk pikiran, hal ini menuntun kita untuk menyadari bahwa ketakutan dapat diatasi. Rasa ketakutan, kegelisahan, dan kecemasan yang tidak berlebihan merupakan naluri alamiah untuk menjaga diri, tetapi jika berlebihan akan menjadi musuh bagi manusia itu sendiri.

Seorang ahli anatomi terkemuka dari Inggris suatu ketika ditanya oleh muridnya tentang obat terbaik untuk mengatasi ketakutan, dan jawabnya adalah, "Cobalah untuk mengerjakan sesuatu untuk orang lain." Murid tersebut merasa heran atas jawaban yang diberikan, kemudian sang guru meneruskan, "Anda tidak dapat memiliki dua pikiran yang berlawanan pada waktu yang sama, salah satu pikiran akan mengusir pikiran yang lain. Jika suatu saat pikiran sedang terpusat untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan apa pun, maka rasa ketakutan tidak akan muncul di dalam pikiran pada waktu yang sama."

Hal-hal berikut bisa kita sadari dan mungkin dilakukan untuk melatih pikiran kita agar kita tidak memberikan kesempatan kepada kejahatan kembar untuk menumpangi pikiran kita:

- Jangan bertentangan dengan hukum alam.
Hiduplah sesuai dengan hukum alam, mengikuti jalan kehidupan yang benar dan melakukan jasa-jasa dan kebaikan. Mungkin Anda adalah manusia modern yang sangat sibuk, tetapi sisihkanlah waktu Anda walaupun sedikit untuk membaca buku-buku yang bernilai. Kebiasaan ini akan memungkinkan Anda untuk melupakan kecemasan dan mengembangkan batin. Jangan lupa bahwa Anda juga merupakan makhluk beragama, sisihkan waktu untuk menunaikan kewajiban agama, seperti membaca parita suci.

- Kenalilah lingkunganmu.
Kita tidak dapat menyelami kehidupan orang lain yang sesungguhnya, seperti mengerti kehidupan orang lain yang tingkat sosial ekonominya berbeda dengan kita. Jika kita sehat, kita tidak dapat mengetahui bagaimana rasanya sakit atau cacat. Kurangnya pengalaman seperti itu membuat rasa toleransi kita kurang karena toleransi lahir hanya dari pengertian, sedangkan pengertian tidak dapat timbul tanpa adanya pengalaman. Karena itu, mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin dari semua segi kehidupan merupakan hal yang baik dan menyadari bahwa kita tidak selalu hidup dalam keadaan mewah.

- Ketidakbahagiaan manusia.
Sang Buddha mengajarkan bahwa ketidakbahgiaan datang dari keinginan yang rendah, egois, hanya mempedulikan diri sendiri, dan jika tidak terpenuhi, maka akan menyebabkan kesusahan dan kegelisahan. Cara untuk menghindari kegelisahan itu adalah dengan menyingkirkan semua keinginan rendah yang menyebabkannya. Sesungguhnya kita bukan menikmati kesenangan tetapi dikuasai oleh kesenangan itu.

- Waktu akan menyelesaikan masalah.
Apa pun kesulitan kita, bagaimanapun beratnya, semuanya dapat diselesaikan oleh berlangsungnya waktu. Sadarilah bahwa kesulitan itu ada akhirnya, jangan menyita waktu kita hanya untuk memikirkan masalah yang berlarut-larut, lebih baik memikirkan hal lain yang lebih bermanfaat.

- Kebahagiaan dan materialisme.
Kebahagiaan tidak dapat dipenuhi hanya dengan materi, kekayaan tidak dapat dibawa serta ketika kita mati. Hal ini bukan berarti seseorang tidak boleh mencari kekayaan, tetapi jangan melekat padanya dan carilah dengan cara yang benar, jangan dengan berjudi atau menindas orang lain. Sang Buddha bersabda, "Diberkatilah mereka yang mencari nafkah tanpa merugikan orang lain."

- Kendalikan pikiran.
Pikiran manusia sangat mempengaruhi badan jasmaninya. Jika pikiran dibiarkan berfungsi tidak benar, maka pikiran tersebut dapat menyebabkan sakit pada tubuhnya, dan besar kegunaan yang dihasilkannya bila pikiran dipusatkan pada hal-hal yang benar yang berujung pada keseimbangan dan ketenangan. Sang Buddha bersabda, "Tidak ada musuh dapat mencelakakan seseorang sampai separah yang disebabkan oleh pikiran yang jahat, kejam, membenci, dan iri hati."

- Bertindaklah bijaksana.
Manusia seharusnya menyadari bilamana ia sedang lemah, atau bila ia cukup berani untuk menghadapi ketakutan, besar hati dan keras hati di dalam mempertahankan kejujuran, tetapi bersikap rendah hati dan lemah lembut di dalam kemenangan.

- Kerendahan hati.
Kerendahan hati merupakan ciri dari orang yang berbudi dan patokan untuk mempelajari perbedaan antara yang ada dan yang belum terjadi. Sang Buddha sendiri memulai kepemimpinannya dengan membuang atribut kebangsawanannya dan dalam pengungkapan atau perumpamaan yang seringkali beliau katakan tidak pernah bernada sombong.

- Jangan menyia-nyiakan waktu.
Dengan menyia-nyiakan waktu, Anda akan merugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang lain, karena waktu yang Anda miliki sama banyaknya dengan waktu yang dimiliki oleh orang lain.

- Kesabaran dan toleransi.
Bersabarlah terhadap segala sesuatunya. Kemarahan akan menuntun seseorang menuju rimba yang tidak memiliki jalan setapak untuk dilalui. Kata-kata kasar bagaikan anak panah yang ditarik dari busurnya, tidak akan dapat ditarik kembali. Tanamkan sikap toleransi karena toleransi membantu menghindari keputusan yang dibuat dengan terburu-buru.

-Balaslah kejahatan dengan kebaikan.
Jangan berpandangan sempit bahwa Anda hanya dapat belajar sesuatu dari orang yang baik pada Anda, tetapi ada banyak hal yang dapat dipelajari juga dari musuh-musuh Anda. Musuh tidak akan dapat dihindari apabila kejahatan yang mereka perbuat kita balas dengan kejahatan lagi, karena jika berbuat demikian, maka makin banyak musuh yang datang. Cara yang paling baik adalah dengan memancarkan cinta kasih dan kemurahan hati kepada mereka, jika Anda merasa bahwa Anda-lah yang bersalah jangan ragu untuk meminta maaf kepadanya, niscaya pertentangan tidak akan berlanjut.

- Memiliki cinta kasih.
Jagalah diri agar senantiasa penuh dengan simpatik, ramah, dan cinta kasih yang tulus tanpa mengharapkan balasan apapun walaupun ketika teman atau orang yang Anda cintai tidak mengacuhkan kebaikan Anda. Seseorang seharusnya tidak boleh bergantung pada orang lain untuk kebahagiaannya. "Ia yang mengharapkan kepuasan dari orang lain adalah lebih hina daripada seorang pengemis yang berlutut dan menangis untuk memohon sepotong roti demi kelangsungan hidupnya."

- Menghindari makanan dan minuman yang memabukkan.
Alkohol, obat bius, ekstasi, ganja, dan lain sebagainya hanya mengakibatkan lemahnya kesadaran dan merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebagai makhluk hidup, kita harus dapat melatih pengendalian diri kita dan membedakan antara yang baik dan yang jahat.

- Uruslah urusanmu sendiri.
Sang Buddha bersabda, "Janganlah engkau memperhatikan kesalahan orang lain dan hal-hal yang dikerjakan maupun yang tidak dikerjakan oleh orang lain, karena engkau sendiri juga mempunyai kewajibanmu sendiri yang dilaksanakan maupun dilalaikan." Selain itu, Beliau juga bersabda, "Ia yang senantiasa mengamati kesalahan orang lain dan senantiasa lekas marah, maka kekotoran batinnya akan bertambah, ia akan jauh dari penghancuran kekotoran batin." Janganlah berhenti berbuat baik hanya karena dikritik, justru itu merupakan kesempatan baik untuk menemukan kelemahan yang tidak dapat ditemukan sendiri. Sebaliknya jika ingin mengkritik orang lain, lakukanlah dengan benar, jangan menambah musuh hanya karena mengkritik orang lain. "Tak pernah ada dan tidak akan pernah ada, sekarang pun tidak, bahwa seseorang terus-menerus dicela sepenuhnya, atau terus-menerus dipuji."

- Jangan cemas.
Rahasia kebahagiaan dan keberhasilan hidup terletak pada pelaksanaan apa yang patut untuk dilaksanakan sekarang, bukan mengkhawatirkan yang telah lalu dan yang akan datang. Jangan cemas hanya karena memikirkan masa depan dan jangan habiskan waktu hanya untuk menyesali hal yang telah berlalu.

- Tonggak keberhasilan.
Kegagalan merupakan tonggak keberhasilan, belajar dari kegagalan akan menuntun kita ke arah keberhasilan, dengan kegagalan membuat kita mudah menghargai kemenangan.

- Akhir yang damai.
Orang seringkali mengkhawatirkan kematian, padahal kematian bukanlah hal yang luar biasa untuk ditakuti, perasaan takut mati bersarang di dalam pikiran kita. Kemelekatan pada kehidupan di atas bumi merangsang ketidakwajaran dan ketakutan akan kematian. Ia akan hidup dalam ketakutan bahwa penyakit atau kecelakaan akan menghabisi hidupnya. Tidak ada orang yang dapat hidup bahagia dalam badai ketakutan seperti ini. Hal ini dapat diatasi dengan melupakan keakuan dalam memberikan pelayanan kepada orang lain dan mengembangkan cinta kasih. Laksanakan kewajiban dan tugas selama hidup dan hadapilah kematian dengan gagah berani dan penuh kedamaian, maka suatu saat Anda akan dapat mencapai keadaan tanpa kematian dan kebahagiaan nan abadi.

Jika kita senantiasa belajar bagaimana membahagiakan orang lain dan hanya mengisi pikiran dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat, maka kita akan selalu berada dalam suasana hati dan pikiran yang tentram dan bahagia. Hal ini disebabkan karena pikiran tidak mengizinkan kegelisahan, kesedihan, dan ketakutan menguasai kita, dan akhirnya bukan tidak mungkin jika kebahagiaan sejati dapat tercapai.

Selasa, 11 Mei 2010

MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

Manusia hidup di dunia ini pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Kenapa demikian, karena manusia selain merupakan makhluk individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk hidup bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks individual, sosial ataupun teologis. Menjalani kehidupan ini merupakan kewajiban yang sifatnya mutlak.



Bila kita menolak misalnya, kemudian mengambil clurit, mengayunkannya ke leher kita, maka tunailah kewajiban, Tapi celakanya hal itu tidak dibenarkan oleh ajaran agama dan dikatagorikan sebagai perbuatan dosa. Nah apa hendak dikata ? Mengingat menjalani kehidupan ini merupakan kewajiban yang sifatnya mutlak, maka buntutnya kita dituntut bertanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban mutlak tersebut, sehingga dapat kita simpulkan bahwa hakikat hidup ini adalah bertanggung jawab.



INDIVIDUAL, SOSIAL DAN MAHKLUK TUHAN

Manusia sebagai makhluk individual artinya manusia harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri ( keseimbangan jasmani dan rohani ) dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya ( sebagai penciptanya ). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya apabila ia memiliki kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya juga muncul sebagai akibat dari keyakinannya terhadap suatu nilai. Sedangkan dalam konteks sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai nilai selera sendiri. Nilai nilai yang diperankan seseorang dalam jalinan sosial harus dipertanggung jawabkan sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah disepakati bersama.

Demikian pula tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya timbul karena manusia sadar akan keyakinannya terhadap nilai nilai. Dalam hal ini terutama keyakinannya terhadap nilai nilai yang bersumber dari ajaran agama. Manusia bertanggung jawab terhadap kewajibannya menurut keyakinan agamanya.

TANGGUNG JAWAB ADALAH KEBERANIAN

Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah suatu keberanian. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala hal yang menjadi tanggung jawabnya. Ia jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain, adil, bijaksana, tidak pengecut dan mandiri. Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan selalu berusaha memenuhi kewajibannya melalui seluruh potensi dirinya. Orang yang bertanggung jawab adalah orang mau berkorban untuk kepentingan orang lain ataupun orang banyak.

Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, sebab ia dapat menunaikan kewajibannya dengan baik. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya sendiri ataupun oleh orang lain/banyak. Sebaliknya orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapai kesulitan, sebab ia tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik dan tentunya tidak mengikuti aturan, norma serta nilai nilai yang berlaku.



KEWAJIBAN SEBAGAI TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak, namun dapat juga tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab manusia dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya. Setiap keadaan hidup menentukan kewajiban tertentu. Status dan peranan juga menentukan kewajiban seseorang.

Ada dua bagian atau dua kewajiban yang berbeda, yang pertama yaitu kewajiban terbatas, adalah kewajiban yang tanggung jawabnya diberlakukan kepada setiap orang, sama, tidak dibeda bedakan. Contohnya undang undang larangan mencuri, membunuh, yang konsekuensinya tentu diberlakukan hukuman atas perbuatan tersebut. Kemudian yang kedua yaitu kewajiban tidak terbatas, adalah kewajiban yang tanggung jawabnya berlaku juga untuk semua orang. Namun tanggung jawab terhadap kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati, seperti berbuat keadilan dan kebajikan.



BELAJAR DARI KISAH NYATA

Seorang kawan berkisah, pulang kantor dia naik becak menuju rumahnya. Di tengah perjalanan, datang bus dari arah yang berlawanan, dan si pengemudi becak tidak sudi menepikan becaknya, sedangkan sopir bus tidak peduli adanya becak di depannya. Sama sama show of power, pamer kekuasaan serta penafsiran hak dan tanggung jawab. Alhasil, termotivasi semangat kawan kami, tanpa pikir tujuh kali, langsung loncat dari becak yang ditumpanginya.

Bus berhenti, becak berhenti, dan berhamburanlah bentakan pengemudi becak ditujukan kepada kawan kami ( bukan kepada sopir bus ) : ” Bapak ini bagaimana sih, kok loncat !! Kenapa takut ? Pokoknya kalau terjadi apa apa pada Bapak, saya yang tanggung jawab!” Mendengar bentakan tersebut, hilang seluruh rasa sakit kawan kami akibat tangannya yang lecet, berganti dengan amarah sampai ke leher. Persetan dengan tanggung jawabmu. Kalau aku ketubruk dan mampus gara gara ulahmu, lantas bagaimana caramu bertanggung jawab. Enak saja ngomong tanggung jawab, ucap kawan kami dengan suara tersengal-sengal menahan marah.

Masih kisah kawan kami diatas, dia membeli rumah di salah satu perumahan real estate. Rumah tersebut belum bisa ditempatinya karena pompa airnya belum dibuat dan dipasang. Sementara kontrakan rumahnya yang dihuni sudah tinggal beberapa hari lagi. Pembuatan dan pemasangan pompa air dikerjakan oleh seorang tukang. Janjinya dalam lima hari pompa akan terpasang dan airnya keluar. Hitung punya hitung akhirnya janji tersebut diterima oleh kawan kami. Lepas lima hari, pompa belum juga terpasang. Si tukang meminta tambahan waktu tiga hari lagi dan kawan kami tidak bisa lain selain menerimanya.

Lewat tiga hari, pompa air yang dinanti nantikan belum juga menampakkan tanda tanda terpasang. Kawan kami mulai kesal dan menagih janji kepada si tukang dengan nada keras. Si tukang merasa dirinya bersalah dan berusaha menyabarkan kawan kami : ” Tenang Pak, pokoknya saya tanggung jawab. Pompa air Bapak, pasti saya kerjakan,” Terhentak kawan kami, jawaban si tukang air mengingatkannya kepada jawaban si pengemudi becak.



BAGAIMANA MENGARTIKAN TANGGUNG JAWAB

Bagaimana seharusnya mengartikan tanggung jawab ? Dalam kisah tukang becak diatas, tanggung jawab tukang becak ialah menjaga keselamatan penumpangnya sampai ke tujuan. Bukan mentang mentang merasa bertanggung jawab, selamat atau tidak pokoknya saya ( tukang becak ) yang bertanggung jawab. Dalam kasus tukang pompa air, tanggung jawabnya ialah memasang pompa dan air nya keluar, tepat pada waktu yang dijanjikannya. Bukan mentang mentang dia merasa memperoleh tugas, maka selesai tidak selesai pada waktunya, saya ( tukang pompa air ) yang bertanggung jawab. Demikianlah makna tanggung jawab menurut dan merujuk dari dua kisah diatas.

Sebaiknya kita tidak cepat dan serta merta tertawa membaca dua kisah kawan kami diatas. Mungkin konsep tanggung jawab si tukang becak dan si tukang pompa air tersebut diatas bukan hanya monopoli mereka. Tanggung jawab yang berarti : “ Saya yang menjawab, tanpa disertai konsekuensi”. Kalau sekedar urusan pompa air, akibatnya tidak besar ( tapi besar bagi kawan kami ). Kalau misalnya, kekacauan kehidupan dijawab oleh yang bertanggung jawab: “ Tenang pokoknya saya yang bertanggung jawab. Jangan menggugat asal menggugat, lakukan gugat yang bertanggung jawab”, pening kepala kita, Pokok tanpa cabang dan ranting, pokok tanpa ujung dan pangkal.

Problema utama yang dirasakan pada saat sekarang ini, berkaitan dengan masalah tanggung jawab, adalah berkaratnya atau rusaknya perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggung jawaban.


Manusia merupakan mahluk individual (pribadi), manusia juga mahluh sosial (berkmasyarakat) dan manusia juga merupakan mahluk pengabdi dalam batasan seorang hamba (religi) artinya adalah manusia itu sendiri sebagai mahluk tuhan. Jika ditinjau dari definisi manusia dari aspek tersebut diatas maka tidak akan terlepas peranan manusia di dunia ini yang mencakup ketiganya secara sederhana namun kompleks. Sehingga dari pernyataan dan definesi tersebutlah dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahluk pembelajar.

Aktor terhebat dengan karakteristik yang menjiwai peranannya dalam bermain sinetron didunia ini dengan skenario dan sutradara tuhan adalah manusia. Ketika manusia sudah menentukan peranannya sendiri baik secara langsung atau tidak langsung maka manusianya itu sendiri akan terikat oleh sebuah sistem permainan tuhan dan permasalahan yang tidak mudak, yaitu tanggung jawab.

Karena manusia pada hakikatnya adalah mahluk pembelajar, maka diperlukan sebuah kontrol sistem dalam sebuah pemainan karakter didunia ini, yaitu tanggung jawab. Tanggung jawab merupaka kesadaran akan setiap sikap dan tingkah laku yang telah dilakukan atau bahkan akan dilakukan, baik sengaja atau tidak di dalam dunia ini, baik secara personal, sosial hingga kejenjang yang lebih tinggi yaitu pengabdian seorang hamba terhadap tuhannya.

Tanggung jawab merupakan aktualisasi dan perwujudan dari sikap sadar seorang yang dikatakan manusia. Jika manusia melakukan suatu hal dengan resiko dan penyelesaian masalahnya dilakukan dalam keadaan tidak sadar, baik sakit atau pengaruh obat – obatan maka tidak dapat dikatakan sebagai si tanggung jawab. Sadar memiliki pengertian tahu, pengertian dan ingat sehingga kesadaran dapat didefinisikan sebagai pengertian dan rasa ingin tahu manusia terhadap hal yang benar baik terhadap sikap dan perbuatannya. Dimana kesadaran manusia sangat berkaitan erat denga hati dan pikiran yang terbuka dan mau menerima sejumlah informasi dan ilmu pengetahuan serta hal – hal yang benar.

Jika si manusianya tidak mau dan tidak dapat bertanggung jawab, maka si manusianya secara tidak langsung tidak sadar atau bukan manusia. Hanya saja perwujudan secara fisik tampak seperti manusia.

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

Pandangan Hidup banyak sekali macam dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasi berdasarkan asalnya, yaitu :

1. Yang berasal dari Agama, adalah pandangan hidup yang mutlak akan kebenarannya.
2. Berupa dari Ideologi dan disesuaikan dengan kebudayaan serta norma yang ada dalam lingkungan tersebut.
3. Berdasarkan hasil dari Renungan, adalah pandangan hidup yang relatif akan kebenarannya.

Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukannya sebagai sarana untuk mencapai tujuan, dan ada pula yang memperlakukanya sebagai penimbul kesejahteraan dan ketentraman.

Akan tetapi yang terpenting untuk kita adalah, harus mempunyai langkah-langkah dalam berpandangan hidup ini. Karena, hanya dengan mempunyai langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan cita-cita denagn baik.

Adapun langkah-langkah tersebut :

1. Mengenal, hal tersebut sudah dipastikan ada sejak manusia itu ada. Dan merupakan suatu kodrat bagi manusia dan tahap pertama dalam melakukan setiap aktivitas hidupnya.
2. Mengerti, tahap kedua ini dimaksudkan mengerti akan pandangan hidup dan memegang peranan penting. Karena dengan mengerti, ada kecerendungan untuk tunduk pada pandangan hidup itu dan cenderung untuk mengikuti apa yang terdapat dalam pandangan hidup itu sendiri.
3. Menghayati, selanjutnya, dengan menghayati pandangan hidup, kita akan memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran dari pandangan hidup itu sendiri.
4. Meyakini, setelah mengetahui kebenaran dan validitasnya, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan, kita hendaknya harus meyakini pandangan hidup yang telah kita hayati. Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan dalam hidup ini.
5. Mengabdi, maksud dari pengabdian dalm pandangan hidup, merupakan hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya sendiri, ataupun lebih-lebih oleh orang lain. Dan dengan cara tersebut, mudah-mudahan kita akan mendapatkan serta merasakan manfaatnya pula.
6. Mengamankan, dari proses mengamankan ini adalah tahap dari langkah terakhir yang tidak mungkin atau sedikit kemungkinan bila kita belum mendalami langkah-langkah yang sebelumnya. Hal ini merupakan langkah terberat dan benar-benar membutuhkan keteguhan dan kebenaran yang kuat dalam menanggulangi segala sesuatu yang akan datang, demi tetap tegaknya pandangan hidup ini untuk segera mencapai tujuan dan cita-cita yang akan diraih.

Dari semua ini, jika kita lihat dan memperhatikannya dengan benar-benar, maka akan ada kenyataan bahwa masih banyak sebagian orang yang tidak mengetahui serta hanya sedikit yang mengenal akan arti dan maknanya dari Pandangan Hidup itu. Sehingga masih bersifat plin-plan dalam bertingkah laku, dan menyalahgunakan pandangan hidup itu sendiri, bahkan disuatu saat tidak pernah memikirkan tentang pandangan hidup yang sedang dianutnya.

…Untuk kesimpulanya, dari langkah-langkah dalam berpandangan hidup ini, sangat penting dan merupakan sesuatu yang utama bahkan yang pertama dalam menempuh serta meraih cita-cita dan tujuan hidupnya. Karena dengan melaksanakan langkah-langkah tersebut dengan berurutan, maka pasti yakin akan tercapai sempurna dengan nilai kepuasan yang berbeda pula tentunya.

1. MANUSIA MONYET

Puluhan ribu tahun lalu, dimasa yang masih gelap gulita untuk ingatan kita sekarang, ketika mungkin kepulauan Indonesia masih besartu antara satu dengan lainnya, juga dengan Filipina dan benua Asia bahwa mungkin juga dengan Australia, menurut seorang ahli hiduplah disini, dekat desa Trinil, makhluk setengah hewan setengah manusia, yang oleh ilmu dinamakan pithecantropus erectus, manusia monyet. Di belahan bumi lain seperi di Tiongkok Utara, Afrika Selatan, serta Eropa Selatan dan Tengah ditemukan juga mahluk semacam itu.

Semenjak Charles Darwin, banyak sekali para ahli biologi (ilmu hayat) mendapatkan pandangan dan kesimpulan baru yang bertentangan dengan kepercayaan yang ditaati oleh agama selama ini tentang asal-usul dan hari akhir manusia di bumi kita yang kecil dan sama sekali tak berarti, kalau dibandingkan dengan besarnya pelbagai bintang diantara jutaan bintang di alam raya kita ini, di Universe kita ini.


2. INDONESIA SEDERHANA

Kita kembali kepada alam kita di Indonesia tadi serta kembali mengamati penghuninya! Maka sekarang pun Indonesia masih dapat menyaksikan manusia pada tingkat yang serendah-rendahnya, yang berada di antara jenis hewan yang paling tinggi derajatnya, seperti orang utan, dengan pelbagai penduduk manusia di gunung serta hutan rimba raya Indonesia.

Orang Kubu yang masih berkeliaran di hutan rimba Sumatera Selatan, orang Semang di Malaya dan banyak orang Dayak di hutan Kalimantan seperti banyak orang Irian (Papua) masih bisa mendapatkan semua keperluan hidupnya daripada Alam sekitarnya. Mereka belum lagi terpaksa mengerahkan otaknya dan tenaga untuk bertanam, bertukang atau berdagang, untuk mendapatkan makanan dan pakaian yang diperlukannya atau untuk memperoleh senjata buat membela diri mereka terhadap hewan atau pun manusia buas yang lainnya. Buah dari pohon di berlainan tempat dan musim, binatang liar dan ikan yang terdapat di sana-sini cukup untuk menjamin hidup mereka. Kulit dan daun kayu cukup untuk menutupi bagian badan yang perlu mereka tutupi. Dahan, ranting, dan daun kayu yang dibikin seperti sarang, tinggi di atas pohon, cukup pula untuk memberi sekedar perlindungan terhadap hujan, panas dan bahaya musuh.

Gambaran di atas kurang lebih memang masih terdapat pada beberapa bagian di kepulauan Indonesia. Ini saya majukan untuk memberi penjelasan, betapa dekat dan eratnya hubungan alam dan manusia. Alam Indonesia yang kaya raya ini tidaklah mendorong manusianya membanting tulang serta memutar otak terus-menerus untuk mendapatkan makanan dan pakaian serta memperoleh senjata dan perlindungan untuk membela diri terhadap binatang buas atau alam yang kejam. Di mana keadaan alam belum lagi memaksa, maka tenaga, kepandaian dan pengetahuan manusia itu tinggal tetap seperti awalnya. Tetapi dimana keadaan alam dan masyarakatnya mengalami perubahan, disana tenaga dan otak penduduk Indonesia menunjukkan juga kesanggupan penuh terhadap segala macam kemajuan jasmani dan rohani yang dikehendaki oleh alam dan masyarakat yang berubah itu. Sungguh besar perbedaan alam jiwanya orang Indonesia asli, seperti orang Kubu, Semang, Dayak, dan Irian seperti tergambar di atas tadi dengan alam-jiwanya seorang Indonesia desa kota seperti tani, buruh, doker, insinyur, atau pengacara. Tetapi dengan tiada sangsi dan bukan pula dengan maksud memuji atau menghina, saya berani mengatakan bahwa orang Dayak atau Irian pun jika berada dalam keadaan sama akan sanggup belajar sampai mencapai apa yang bisa dicapai oleh suku bangsanya yang berada di desa dan kota. Perbedaan orang Indonesia berada dengan yang sederhana (primitive) bukanlah disebabkan oleh perbedaan sifat dan kesanggupan sebagai manusia, melainkan disebabkan oleh perbedaan sekitar dan keadaan. Dengan kata lain, disebabkan oleh kodrat pendorong.


3. ANIMISME.

Rupanya perbedaan alam sekitar kita itulah yang menjadi alat adanya perbedaan Pandangan Hidup (Weltanschauung) Indonesia beradab dengan Indonesia primitif itu. Buat mengerti hal ini, maka sebaiknya sekejap kita mengandaikan berada di tengah-tengah hutan rimba Sumatera, Kalimantan, atau Irian! Bagi penduduk kota, ataupun hampir buat seluruh penduduk pulau Jawa, agak susah mengerti betapa dahsyatnya suasana hutan rimba yang sesungguhnya itu menekan jiwa kita.

Pohon yang besar tinggi menjulang ke angkasa; cuaca yang selalu gelap-gulita karena sang matahari tak sanggup menembus dinding daun kayu yang rindang itu; suara hewan yang mempengaruhi jiwa kita; kecurigaan kepada semua semak dan belukar, karena mungkin menyembunyikan biantang buas atau berbisa, semua itu menimbulkan perasaan kecil, hina tak berdaya sebagai manusia menghadapi kebesaran dan kedahsyatan alam.

Bagi manusia yang sejak awal berpikir, yang sejak awal sekali mencerminkan alam-luar itu kepada alam-dalamnya, kepada jiwanya, cocok benarlah paham bahwa tekanan atas jiwa dalam dirinya disebabkan olah jiwa yang berada di Alam-Luar, yakni yang berada dalam hutan rimba raya itu. Buat pikiran orang serba sederhana itu jiwa cuma bisa dipatahkan karena ditimpa oleh pohon besar. Demikianlah di mata orang sederhana itu, semua benda yang dahsyat di sekitarnya dianggap mengandung jiwa seperti dirinya sendiri. Pohon besar yang rindang dahsyat, air mancur yang bergemuruh; binatang buas yang berbahaya; bahkan batu dan kayu pun dianggapnya berjiwa, bernyawa.

Sesungguhnya anti tesis antara buruk dan baik, yang terpendam dalam pengalamannya sehari-hari belum lagi begitu terpisah dalam pandangannya. orang sederhana memuja bukan yang baik asal baik saja, tetapi juga yang jahat. Mereka memberikan korban kepada keduanya, yang baik maupun yang jahat. Hantu yang jahat tak kurang menerima pujaan atau korban orang sederhana daripada hantu yang baik, yakni hantu kawan manusia. tentulah di mana alam sangat dahsyat di sanalah hantu jahat, harimau si raja hutan atau sang buaya mendapat perhatian lebih dari pada yang baik.

Teranglah sudah bahwa zaman serba permulaan itu pandangan bangsa Indonesia, dalam keadaan serba-serbi itu pula, berdasarkan paham yang oleh para ahli dinamai kepercayaan animisme. Semua yang ada di alam ini dianggapnya berjiwa, bernyawa.

Berkenaan dengan manusia sederhana bangsa kita tadi dengan alamnya di mana mansuia itu berlaku pasif, menerima, bahkan menderita ketakutan saja, di masa inipun berlakulah hukum dialektika, yakni perubahan bilangan sedikit demi sedikit, lama-kelamaan menjadi pertukaran sifat (quantity into quality).

Dalam pencarian hidupnya sehari-hari menghadapi pelbagai bahaya di hutan, di gunung, di air dan menderita bermacam-macam penyakit, lama kelamaan tahu-tahu tertumpahlah segala pengorbanan dan pemujaan kepada salah satu yang paling ditakuti di antara banyak-yang-ditakuti. Di antara macan, buaya, hantu pohon, hantu air, atau hantu pemburu, akhirnya jatuhlah Maha-Pujuaan kepada Maha-Hantu, yang paling penting-cocok dengan penghidupan dan pengalaman sehari-hari. Dimana pencarian dan pekerjaan berburu sangat dipentingkan, maka hantu pemburulah yang sengat dipuja. Di sinilah hantu-pemburu akhirnya mendapat kehormatan sebagai Maha-Hantu.

Dimana pergaulan sudah agak maju, dan alam-sekitar sudah agak ramah-tamah, maka yang baik mendapat perhatian agak lebih dari yang jahat. Konon kabarnya ada satu suku bangsa Irian yang menganggap pohon aren atau enau sebagai Tuhan dalam arti Maha-Dewa. Bukankah pohon aren juga antara segala pohon dan segala yang ada di alam sekitar mereka yang telah memberikan segala-galanya yang diperlukan buat kehidupan mereka? Sagu dari pohon Aren adalah makanan yang sehat dan mengandung banyak kegunaan. Ijuknya dapat dipakai buat atap rumah. Batangnya bsia juga dipakai sebagai tombak penangkap ikan dan alat membela diri terhadap musuh.

Seorang Irian asli cuma membutuhkan tujuh pohon Aren yang berurutan dari satu sampai tujuh tahun. Tebanglah pohon ketujuh yang berumur tujuh tahun, yang sudah masak itu. Tanamlah satu pohon penggantinya. Inilah pekerjaan yang perlu dilakukan seorang anggota, yakni memotong sepohon sagu sekali satun dan menanam sepohon sagu sekali setahu. Selainnya itu dia boleh memancing atau berburu, berkelahi atau bersuka ria. Dalam pergaulan semacam itu Dewi Sagu-lah yang dianggapnya pencipta segala-galanya dan yang berkuasa dalam segala-galanya. Demikianlah dalam Swarga-Loka di Irian.

Sederhana, Dewi Sagu menjunjung segala kemegahannya ke angkasa sambil memberi bahagia kepada makhluk manusia di sekelilingnya.


4. KEPERCAYAAN INDIA.

Melompat kita sekarang ke bagian lain di bumi kita ini, ke masyarakat lain, yakni India! Salah satu kesimpulan yang kita peroleh setelah membaca buku suci Mahabarat, Ramayan, dan Upanishad, serta tulisan tentang hidupnya Sidharta Gautama, Sang Budha, dan agama Budha, yakni bahwa pertama kali India mempunyai penduduk asli dan penduduknya terdiri dari bermacam-macam bangsa yang masuk menyerbu dari Utara dan mungkin pula dari Timur atau Selatan!

Kedua, bahwa mayarakat India di masa semua buku tersebut dikarang sudah mengenal alat perkakas produksi yang dibuat dari logam.

Ketiga, bahwa masyarakat India sudah meningkat dari komunis asli ke tingkat feodal yang mengenal beberapa raja dan maharaja, sedangkan aturan desanya berdasarkan komunis asli.

Keempat, dan inilah pula yang perlu diperhatikan disini, bahwa kebudayaan dan agama India yang tertulis itu cukuplah mencerminkan masyarakatnya di masa itu buat mereka yang berpedoman dialektisme materialistis, jadi bukan dialektisme idealistis.

Memang dalam kitab suci India itu sukar diperoleh fakta sejarahnya (historical facts) dan sukar pula didapat konsistensinya, yakni persamaan dasar antara bagian dengan bagian dan semua kecocokan dengan bukti serta hukum Common-Sense. Malah tarikh pun, yakni salah satu syarat yang penting bagi sejarah, sukar, kalau tak mustahil akan didapat.

Maksudnya di sini tidaklah akan bisa mengambil suatu kesimpulan secara pasti dari Buku-Suci yang tidak berdasarkan historical facts itu. Cuma sekedar menimbulkan kesamaan petunjuk buat ahli pemeriksa.

Berhubungan dengan dongeng Ramayana, maka dengan sendirinya timbul dalam hati kita pertanyaan, apakah monyet putih atau Hanoman itu benar penjelmaan manusia, berdasarkan ilmu gaib ataukah tiada lebih tepat bahwa Hanoman si Monyet Putih itu adalah seorang Panglima Aria, yakni bangsa Kaukasia yang berkulit putih? Tidakkah mungkin pula bahwa perkataan monyet itu adalah satu ejekan dari bangsa India asli, yang berkulit hitam, seperti bangsa Keling? Kita pun di Indonesia ini mengenal kata ejekan terhadap orang asing-putih, penjajah, yakni kebo bule, siwer matan.

Namun bagaimanapun juga, bagi saya dongeng Monyet Putih itu adalah suatu petunjuk buat memeriksa sejarah India yang sebenarnya. Tetapi pegangan yang sedikit kuat, yang kita peroleh dari dongengan Monyet itu ialah: India terdiri dari bermacam-macam bangsa, baik yang asli atau pun yang masuk menyerbu.

Mungkin sekali perbedaan kasta itu – yang belum pasti terbentuk dalam kitab suci itu, tetapi terlaksana sampai menjadi kurang lebih 3000 kasta pokok, cabang, dan ranting di masa imperialisme Inggris – bersandar mulanya kepada perbedaan bangsa.

Yang tiada pula kurang memberi sugesti kepada saya ialah adanya Trimurti, adanya tiga Mahadewa Hindu, yakni Wisnu Sang Pembangun, Shiwa Sang Perusak, dan Brahma Sang Pemelihara.

Banyak orang yang melihat pelaksanaan dialektika dalam kepercayaan Hindu Asli itu. Memang banyak ahli dialektika yang memandang semangat Hindu berdasar atas dialektika idealistik, bukan dialektika materialistik, meskipun Hegel menganggap dialektika Hindu itu kurang kaitannya antara satu faktor dengan faktor yang lain, yakni antara tesis dan anti tesis. Bagaimanapun juga Trimurti dari mahadewa Pembangun, Perusak dan Pemelihara, itu cocok sekali dengan Pandangan Hidup yang menyelami proses dalam segala yang ada baik lahir ataupun batin. Tidak sukar membelokkan proses tersebut kepada trimurti Hegel, yakni tesis, anti tesis, sintesis. Cuma buat Hegel, seorang ahli dalam ilmu filsafat, proses itu berlaku dalam otak manusia. sedangkan buat orang Hidnu, Trimurti itu adalah Mahadewa yang menguasai seluruhnya alam raya kita termasuk juga hidup dan matinya manusia.

Bagi saya asal-usul, serta sifat ketiga Mahadewa Hindu itu cukup tergambar dalam masyarakat Hindu yang kabur dan tiada logis-kronologis tercantum dalam Kitab Suci Hindu.

Tiada sukar bagi kita menggambarkan Hindustan yang pada mulanya terdiri dari berbagai-bagai kerajaan kecil, yang setelah lama bertempur satu sama lain akhirnya mendapatkan tiga maharaja atau pun satu maharaja yang terutama. Terhadap tiga mahadewa itu pun ada tingkat kekuasaan dan kehormatan yang diterima oleh ketiganya atau masing-masingnya yang berbeda dari tempo ke tempo dan tempat ke tempat.

Demikianlah di Hindustan sendiri pada satu tempo dan satu tempat Wisnu-lah yang dipuja. Pada lain tempo dan lain tempat Syiwa-lah yang diutamakan.

Tidak saja pelbagai dewa dan mahadewanya Hindu di dunia gaib itu mendapatkan penyesuaian pada pelbagai raja dan maharaja di dunia lahir, yakni dunia politik, tetapi juga mendapatkan penyesuaian penuh pada dunia-sosial Hindu. Pelbagai kasta dalam masyarkat Hindu itu berpuncak pula pada tiga kasta pokok, yakni Kasta Brahma, Kasta Satria, dan Kasta Waisya, atau Kasta Pendeta, Kasta Ningrat, dan Kasta Saudagar. Semua kasta itu berpuncak kepada Kasta Brahma. Jikalau sesudah mati, kembali ke dunia ini dan mendapatkan kemajuan, maka menurut hukum karma dan reinkarnasi seseorang harus melalui kasta dari bawah ke atas, setingkat demi setingkat. Dalam hal itu seorang Kasta Brahma sajalah yang berhak masuk ke dalam surga, sedangkan Kasta Sudra dan Paria (kelas rendah) mendengarkan bacaan kitab suci pun di dunia fana ini tiada diizinkan.

Masyarakat Hindu, terutama di bawah imperialisme Inggris, menjadi pecah belah dan beku, terpaku pada ribuan Kasta yang tiada boleh bercampur gaul satu dengan lainnya. Lama sebelum Masehi rupanya pemisahan masyarakat Hindu dalam beberapa kasta itu sudah menggelisahkan para ahli pemikirnya yang jujur dan mengandung pri-kemanusiaan.

Reaksi terhadap masyarakat berkasta-kasta itu datang dari pemikir besar Sidharta Gautama, putera mahkota dari raja Kapilawastu. Sidharta Gautama atau Budha membantah keras pembagian manusia ke dalam beberapa kasta itu dan mempropagandakan bahwa bukan anggota Brahmana saja yang dapat memasuki Nirwana sesudah mati, tetapi siapa saja yang menjalankan agamanya dengan sungguh-sungguh.

Proses untuk mendemokratisasi masyarakat Hindu yang dimulai pada kurang lebih 500 tauhn sebelum Masehi itu berakhir dengan kemenangan Agama Budha pada kurang lebih 500 tahun pula sesudahnya Nabi Isa, yakni dibawah pemerintah Ashoka. Tetapi aksi yang dilakukan oleh Sidahrta Gautama beserta para pengikutnya yang berakhir dengan kemenangan sesudahnya 500 tahun itu diikuti pula oleh reaksi dari pihak Hindu. Reaksi itupun memperoleh kemenangan penuh dan sampai sekarang Hinduisme masih bersimaharajalela di dalam masyarakat Hindu.

Setelah abad ke-14 masuklah dari jurusan Utara, agama baru yang terkenal sebagai agama Islam, yang lahir di antara masyarakat Arab di Arabia. Agama Islam segera mendapatkan penganut di Hindustan baik dengan propaganda secara damai ataupun dengan jalan peperangan. Sebelum imperialisme Eropa memasuki India, orang Islam-lain yang menjadi Maharaja di Hindustan.


5. INDONESIA-INDIA

Gerakan Pandangan-Hidup di India sepeti ditinjau selayang pandang di atas itu, menjalankan lakonnya pula di Indonesia kita ini. Di sini pun kita mengenal berlakunya diberlainan tempat dan diberlainan tempo Trimurti, Mahadewa Brahma, Wisnu, dan Shiwa. Kita pun mengenal pengembangan dan perluasan agama Islam.

Dengan berkembang dan berkuasanya perdagangan Hindu di Indonesia setahun demi setahun, berkembang dan berkuasa pula bansga Hindu (dibelakang hari juga bangsa Arab) atas masyarakat dan politik bangsa Indonesia asli. Dengan begitu berkembang dan berkuasalah pula semua agama Hindu dan Arab (Islam) itu dalam masyarakat Indonesia.

Dalam hal itu pada puncak kekuasaan masing-masing agama, Hindu ataupun Arab (Islam), kepercayaan Indonesia asli, kepercayaan yang timbul dari alam Indonesia sendiri, yakni animisme, tak pernah dapat dilenyapkan dari hati dan otaknya sebagian besar bangsa Indonesia. Sekarang pun para Hantu yang bersemayam di pohon besar, di hutan rimba atau air terjun yang terus-menerus menuangkan airnya itu masih menekan jiwa orang Indonesia yang melihat dan mendekatinya.

Perbandingan dalam dunia kepercayaan di zaman Hindu itu sesuai pula dengan perbandingan yang terdapat dalam dunia perekonomian bangsa Indonesia di zaman tersebut. Perdagangan dan perusahaan asing walaupun berkembang dan berkuasa dalam masyarakat Indonesia, belumlah pernah Indonesia lepas dari tangannya. Tegasnya, sawah, ladang, serta hutan, sungai dan lautan, ringkasnya tanah, air, dan udara masih tetap di dalam genggaman bangsa Indonesia asli. Dengan demikian masih terjamin bagi bangsa Indonesia asli hari depan yang lebih baik dan lebih gemilang daripada di waktu yang telah lampau.

Mata pencaharian yang masih erat pada genggamannya, tanah, air, udara yang teristimewa kaya-pemurah yang bagaimanapun juga hebatnya perasaan dan penindasan asing dan bangsa sendiri, di zaman Hindu itu, masih bisa menjamin kehidupan, walaupun sederhana sekali.

Seperti halnya dengan kekayaan dan kemurahan alam yang tiada memaksakan umat manusianya berebut-rebutan dan bunuh membunuh untuk mendapatkan nafkah, para arca dari bermacam-macam Mahadewa pun bisa duduk dalam satu gedung berhala.

Berbeda dengan keadaan di negara asalnya sendiri maka di Jawa-Swarga-Loka, kita dapat menyaksikan Arca Perusak, Shiwa, berdekatan dengan Arca Pembangun, Wishnu, sambil bersenyum-senyuman.


6. DI SEKITAR NABI MUSA.

Marilah kita sekarang melayangkan pikiran kita ke arah sungai Nil di Mesir, ketika di bawah pemerintahan Maharaja Fir’aun.

Di sekitar bagian bumi sanalah kita mendapatkan bukti sejarah yang banyak sekali dan paling tua sekali di antara bukti sejarah yang sudah diperoleh di bagian bumi mana pun juga.

Egypt alias Mesir di zaman ribuan tahun yang lampau itu mengenal bermacam-macam dewa pula. Di antara berbagai Dewa itu maka Dewa Rah, yakni Dewa Matahari yang mendapatkan kehormatan dan pujaan sebagai Mahadewa.

Maka menurut kepercayaan bangsa asli di Mesir itu Dewa Rah-lah yang memfirmankan bumi, langit, sungai Nil dan gurun pasir beserta hewan dan manusia. Semua itu terbentuk sekaligus dengan mengucapkan sepatah kata saja, yakni Ptah. Jadi berlainan dengan pandangan Kant, Laplace atau Darwin, maka menurut kepercayaan di Mesir dahulu kala itu dunia dengan isinya ini menjelma dalam kurang sekejap mata lamanya dari dunia kosong, oleh ucapan Ptah.

Demikian pengertian Mahakuasa, yang sanggup menciptakan Yang Ada, atau benda dari Yang Tak Ada atau kosong, sudah tersebar pada masa hidupnya Nabi Musa.

Pengertian Mahakuasa ini pun sudah termasuk ke dalam kepercayaan bangsa Yahudi, yang pada zaman Fir’aun itu adalah bangsa budak terhina, berhijrah di kerajaan Fir’aun.

Karena tiada tahan lagi menderita pemerasan, penindasan serta penghinaan sebagai bangsa asing di tengah-tengah bangsa Mesir asli itu, maka suatu waktu bangsa Yahudi itu memutuskan, hendak pindah ke “Tanah susu dan madu” yang menurut kepercayaan yahudi sudah dijanjikan oleh Tuhan kepada bangsa Yahudi itu. Tanah makmur penuh dengan susu dan madu yang dimaksudkan itu, ialah tanah Palestina yang sekarang menjadi tanah-rebutan antara Yahudi dan Arab itu.

Buat bangsa budak, yang penghidupannya bergembala dalam suasana kemelaratan dan penghinaan terus menerus, maka satu daerah bumi dimana “susu dan madu berlimpahan” serta kemerdekaan penuh dijanjikan kepadanya, tentulah satu besi berani yang mengandung kekuatan penarik yang sangat besar.

Orang yang memimpin pemindahan besar-besaran (exodus) ke Palestina itu yang dilakukan secara ilegal dan rahasia sekali, dalam pengembaraan yang dijalankan dengan mengandung bahaya kemusnahan sebagai bangsa, karena dikejar oleh tentara Maharaja Fir’aun yang bersenjata lengkap patutlah disebut seorang pemimpin dalam arti kata sesungguhnya. Bangsa Yahudi akan musnah atau akan terpaksa kembali ke bawah penindasan Fir’aun, kalau yang memimpinnya bukanlah seorang pemimpin seperti Nabi Musa.

Walaupun sudah berumur tinggi sekali, menghadapi pelbagai bahaya yang oleh orang biasa dianggap suatu yang mustahil akan dapat diatasi oleh jenis manusia; memimpin rombongan yang terdiri dari orang tua-muda, bayi, lelaki, perempuan, sehat dan sakit yang sering bercecok satu sama lainnya lantaran 1001 macam kesulitan; membimbing rombongan yang sebagian terdiri dari mereka yang sudah patah hati dan mau kembali menyerah kepada Maharaja Fir’aun, yang dengan tentara berkudanya sudah dekat mengejar di belakang, dalam keadaan demikian cuma seorang pemimpin yang lahir sekali dalam 1001 tahun pula yang dapat terus memegang pimpinannya.

Pengetahuan yang luar biasa tentang sifatnya manusia serta keadaan alam sekitarnya, yang dimiliki oleh Nabi Musa. Pandangan tepat tentang kejadian yang mungkin terjadi di hari depan. Kebijaksanaan, kesabaran dan kecerdikan Nabi Musa melayani rombongan manusia yang terdiri dari pelbagai umur, pelbagai pengalaman dan keinginan, serta akhirnya tetapi tidak kurang artinya, kepercayaan yang tidak dapat dilunturkan oleh bahaya dan pertolongan yang dijanjikan oleh Jehovah kepada leluhur bangsa Yahudi dalam menuju ke “Tanah susu dan madu” yang dijanjikan itu. Semua syarat penting bagi seorang pemimpin dalam keadaan demikian yang terdapat pada Nabi Musa dapat mengatasi segala kesulitan, dan membawa bangsanya ke tempat yang aman dan bahagia, dengan tidak berkompromi sedikit pun dengan musuhnya yang 1001 kali lebih kuat.

Pimpinan ulung dari satu orang yang cuma mempunyai satu tujuan dan satu tekad, sebagaimana menurut kepercayaan Yahudi, Nabi Musa dalam keadaan kesusahan dan bahaya sering sendiri saja menjumpai Tuhan Yang Maha-Esa, pimpinan satu orang, yang berkeyakinan atas adanya satu Tuhan itu, …pimpinan yang membawa bangsa Yahudi ke zaman kejayaan itu, memperdalam kepercayaan Yahudi kepada keesaan dan kemahakuasaan Tuhan itu lebih daripada yang sudah-sudah. Bagi bangsa Yahudi di zaman itu, benar-benar the proof of the pudding is the eating (bukti enak atau tidaknya kue itu baru terbukti setelah dimakan).

Dengan sempurna jayanya pimpinan satu orang atau beberapa suku Yahudi, yang dahulu kala juga mengenal beberapa dewa, menurut sukunya, maka sempurna jayalah pula kepercayaan monotheisme, percaya kepada ke-esaan Tuhan di antara semua suku bangsa Yahudi.


7. DI SEKITAR NABI ISA.

Inkonsistensi, kontradiksi logika, pertentangan bagian dengan bagian, pertentangan dalam hal tarikh, pertentangan kejadian dengan hukum alam dan common sense, yang ditemukan oleh para ahli dan saya sendiri dalam kedua kitab suci, yakni kitab Injil Tua dan Injil Baru, tidak menjadi pusat perhatian saya di sini. Saya pikir dalam tingkat pengetahuan teknik dan ilmu, bukti di masa Nabi Isa itu, semua kegaiban alam dan kesaktian manusia seperti tertulis dalam kitab sudah pada tempat dan temponya. Yang menjadi pusat perhatian saya di sini ialah moral (kesusilaan) dan ketuhanan yang termaktub dalam kitab suci itu. Pertentangan arti dalam hal susila dan ketuhanan, yang saya rasa terdapat dalam kitab suci itupun dapat disesuaikan dengan pikiran kita, kalau kita berpendirian seperti ahli, bahwa kitab suci tertulis lama sesudahnya Nabi Isa wafat dan banyak mengandung faham yang sudah diucapkan oleh para pujangga Yunani lama sebelum Nabi Isa lahir ke dunia.

Bagaimanakah bisa dipersatukan dalil pokok dari agama Kristen yang berbunyi : “Kalau pipi kirimu dipukul orang berikanlah pipi kananmu kepadanya buat dipukul pula” dengan ucapan Nabi Isa yang berbunyi : “Saya tidak datang untuk berdamai, melainkan untuk berperang”.

Itu dalam hal kesusilaan. Dalam hal ketuhanan pun bagaimana pula bisa menyesuaikan Yang Maha-Esa, yang diutamakan Injil-Lama dan oleh nabi seperti kita bentangkan di atas dengan Trinitas-nya, dengan Trimurti-nya, karena Katholik, ialah kesatuan Yang Tiga, kesatuan Bapa (Tuhan), Anak (Yesus) dan Roh Suci.

Buat saya sendiri semuanya itu sudah semestinya, kalau diseluk-belukkan dengan tempo dan tempat. Dengan demikian maka kuranglah pula penting buat saya apakah pernah hidup seorang Yahudi, yang menamai dirinya Anak Tuhan. Buat saya sudahlah cukup jelas pelajaran yang diberikan oleh agama Kristen dan Ideal Keluruhan Jiwa yang dijunjungnya, seperti tergambar pada Nabi Isa. Sudah pula memuaskan pikiran saya, kalau ada para ahli sejarah, yang mendapatkan kesimpulan bahwa di mana bangsa Yahudi di bawah penjajahan bangsa Romawi, maka bangkitlah soerang pemberontak dari daerah Galilea, bernama Yesus dan terang-terangan membela kaum Murba menghadapi kaum pendeta (Rabbi) Yahudi, yang menjadi kaki tangannya kekuasaan Romawi di masa itu. Pemimpin pemberontak dari Galilea itu menamai dirinya raja Yahudi, Mahdi, Yezus Nazarenus Rex Judiorum!

Jika dipandang dari sudut ini, maka hilanglah sudah semua pertentangan di dalam pikiran kita. Nabi Isa melimpahkan segala kasih sayang serta mengorbankan jiwanya terhadap kaum Murba, yang memang melarat hidupnya di masa itu dan memang bersemangat pemberontak, terutama di daerah Galilea. Kalau dia menganjurkan sikap bermaaf-maafan menganjurkan sikap “pipi kiri dipukul, berikanlah pipi kanan” maka sikap itu terutama dimaksudkan bagi segenap Murba. Terhadap kaum pendeta dengan jelas Nabi Isa memajukan sikap menentang, yakni kalau perlu dengan senjata di tangan menghancurkan kaum Rabbi, penindas bangsa Yahudi dan kaki tangannya penjajah Romawi di masa itu.

Tentulah ada tafsiran lain yang rasional tentang dua susila yang bertentangan itu. Salah satunya dikatakan bahwa kaum Murba Yahudi di masa itu tidak berdaya pula menghadapi kaum Rabbi, penindas dan pemeras yang langsung berurusan dengan Murba Yahudi.

Jadi menurut tafsiran itu sikap pasif, sikap menerima yang dianjurkan oleh nabi Isa itu berasal dari perasaan tidak berdaya menghadapi kekuasaan Romawi serta para Pendeta (Rabbi) kaki-tangannya, “inlanders-alatnya” kekuasaan Romawi itu.

Bagi saya tafsiran yang belakangan ini memang, mengandung alasan tetapi kurang sempurna. Bangsa Yahudi, terutama kaum Murba-nya, dibelakang kota seperti di Yerussalem dan teristimewa pula di daerah Galilea, daerah asal Nabi Isa sendiri, jauh daripada sikap pasif atau nrimo. Pemberontakan besar dan kecil untuk melepaskan diri dari pemerasan dan penindasan Romawi dengan kaki tangannya acap kali terjadi. Jadi cocok pula dengan Nabi Isa sendiri ketika berhadapan dengan para Rabbi, para inlanders-alat itu, seperti di atas tadi.

Di masa “hidupnya” Nabi Isa sendiri tak tampak perbedaan dengan Tuhan Nabi Musa. Tuhan di masa Nabi Isa itu tetap Yang Maha Esa. Filsafat ketuhanan, bahwa 1+1+1=3 itu timbul dan tumbuh lama setelah Nabi Isa meninggalkan dunia fana. Tentulah banyak persoalan duniawi yang memungkinkan timbul dan tumbuhnya 3=1 itu. Dibelakang harinya di masa Revolusi Perancis banyak pula anasir masyarakat manusia ini yang menumbangkan filsafat 3=1 itu! Tetapi bagi saya filsafat semacam ini tidak menjadi soal pokok.


8. DI SEKITAR NABI MUHAMMAD.

Yang lebih menarik hati saya ialah ketika 600 tahun lebih setelah Nabi Isa, maka kembalilah 1=1 itu. Bersamaan dengan itu kembalilah pula susila yang biasa, yang praktis, bagi masyarakat manusia, yakni yang salah dihukum setimpal dengan kesalahannya, dimaafkan salah seorang yang mengakui kesalahannya dan mengubah tingkah lakunya di hari depan dengan sungguh dan jujur. Yang mengembalikan itu ialah Muhammad bin Abdullah, seorang Arab dari suku Qurays. Karena bangsa Arab dan Yahudi tiada berapa bedanya menurut ilmu kebangsaan, dan kedua bangsa itu disebutkan bangsa Semit, maka sebetulnya ketiga nabi besar itu, yakni Nabi Musa, Isa dan Muhammad itu sebangsa dan seketurunan pula. Dalam kitab Injil sendiri disebutkan, bahwa bangsa Yahudi dan Arab turun temurun dari Nabi Ibrahim.

Jika kita melayangkan pandangan kita pada keseluruhan muka bumi yang kita kenal, pada permulaan abad ketujuh itu, maka yang kelihatan pada kita ialah cuma keruntuhan dalam hal politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Sebaik-baiknya kita hanya dapat menyaksikan stagnasi, malaise, madegnya, tergenang-mogoknya masyarakat dalam semua hal.

Romawi Barat dengan jajahannya di Eropa Barat dan Utara, di Afrika Utara dan Asia Barat sedang menderita keruntuhan akibat desakan dan serangan pelbagai bangsa Jermania dari Utara. Romawi Timur hanya dapat melayani bangsa baru yang perkasa (Bulgaria dan lain-lain) yang menyerbu ke dalam daerahnya itu, sebagai tamu yang terpaksa diterima dan dijadikan anggota keluarga sendiri. Dalam hal kebudayaan, Romawi Timur hanya sanggup memamah-mamah pengetahuan yang dipusakakan oleh Yunani dan Romawi almarhum.

Mesir, Syria, Persia, Judea dan lain-lain negara bekas penguasa di sekitar Semenanjung Arabia, semuanya berada dalam keadaan hidup enggan mati tak mau. Sedangkan semenanjung Arabia yang mungkin sudah mempunyai cacah jiwa, lima juta, yang boleh dianggap tinggi di masa itu; sudah mencapai kemakmuran, karena perdagangan dengan negara luar, dengan perantaraan para saudagar yang pintar, berani dan bersandar pada kalifah yang kuat bersenjata, tersusun sebagai laskar teristimewa pula, belumlah pernah Semenanjung Arabia menderita penindasan dari bangsa asing. Dengan demikian maka bangsa Arab masih bersemangat tegak gagah perkasa dan percaya atas kekuatan diri sendiri. Cuma antar suku masih bertentangan dan perang memerangi. Sejajah dengan pertentangan dalam pergaulan itu, maka kepercayaan pun belumlah lagi bersatu, melainkan terpecah belah dalam pelbagai kepercayaan, yang setelah Nabi Muhammad dinamai Kafir-Jahiliyah.

Mempersatukan pelbagai kepercayaan Jahiliyah yang tergambar pada pelbagai patung di masa itu; mempersatukan ideologi sebagai sintesis dari pertentangan pelbagai ideologi yang ada di masa itu, inilah usaha yang pertama sekali dan terutama sekali dilakukan oleh Nabi Muhammad menjelang persatuan bangsa, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan.

Persatuan itu tidak terdapat pada satu maha-patung, di antara beberapa patung yang ada di Arabia dan berpusat di Mekkah di masa itu melainkan pada ke-Esaan Tuhan dan Kemahakuasaan-Nya, yang tiada lagi takluk kepada tempat dan tempo, seperti patung dimanapun juga, yang dibikin oleh tangan manusia dari benda apapun juga di dunia ini.

Buta huruf bukanlah berarti buta kecerdasan, buta keberanian ataupun buta kejujuran. Sebaliknya pula, pendidikan pun tidaklah menjamin keberanian, keuletan, kejujuran, kecakapan memimpin, ketangkasan memandang ke hari depan dan mengambil sesuatu putusan dengan cepat serta tepat. (resourcefulness)

Sungguh banyak kebenaran yang terkandung dalam pepatah Indonesia “jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasai”. Perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdullah ke negara-negara di sekitar Arab, bersama-sama dengan kafilah memberikan semua pengalaman dan pengetahuan yang cukup buat seorang pemimpin, jenderal, pujangga dan Nabi di hari depan, saat Semenanjung Arabia dan sekitarnya kelak akan sangat membutuhkan pemimpin semacam itu.

Nafsu ingin tahu, yang meluap dalam otak pemuda Muhammad bin Abdullah, yang ingin mengetahui asal-usul semua yang ada di alam dan masyarakat itu dapat dipenuhi oleh masyarakat di sekitar Arabia, yang sudah mencapai kebudayaan tinggi di masa lampau. Pendeta dan Rabbi dapat memberikan petunjuk ataupun cara berpikir beserta bahan berpikir buat menjawab semua soal yang timbul dalam otak yang ingin tahu dalam segala-galanya.

Bumi dan langit Semenanjung Arabia yang memberi kesan yang tidak dapat dilupakan oleh seorang yang mengamatinya akan menyempurnakan pengetahuan yang diperoleh dengan percakapan dalam pulang pergi dari Mekah ke luar negeri itu. Pengalaman yang diperoleh ketika mengikuti kafilah, yang acap kali menghadapi pelbagai musuh telah mendidik, melatih semua sifat pemimpin yang terpendam dalam jiwa Muhammad bin Abdullah.

Terlatih tergembleng dalam “University of Life” (Universitas hidup) itu, maka apa bila Semenanjung Arabia membutuhkan persatuan dalam segala-galanya maka tampillah Muhammad bin Abdullah ke depan masyarakatnya, mengambil pimpinan sebagai propagandis, jenderal, pembesar negara, pemimpin masyarakat dan Nabi.

Tempo dan tempat amat sesuai dengan keesaan dan kemahakuasaan pada permulaan abad ketujuh itu. Perhatikanlah sekali lagi Semenanjung Arabia dan sekitarnya di masa itu.

Masyarakat di Semenanjung Arabia sangat membutuhkan kesatuan dalam pimpinan, yang sanggup menjalankan kekuasaannya, di atas pelbagai kekuasaan dari pelbagai suku. Lagi pula masyarakat itu memerlukan adanya satu kaum, yakni kaum Muslimin, yang berdiri di atas segala bangsa di Dunia. Semua keperluan itu sungguh dapat dipenuhi oleh kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Yang Maha Kuasa, yang menguasai serba sekalian alam dan manusia, bidadari dan malaikatnya.

Semangat Islam, yakni semangat menyerah kepada Kodrat Tuhan, semangat menerima putusan Tuhan itu dengan suka cita, semangat Islam itu sebagai pusat, jiwa dan filsafat serta prakteknya suatu kepercayaan, memang belum lagi dikenal dalam sejarah manusia. Agama baru yang bertentangan dengan kepercayaan pelbagai suku Arabia itu tidaklah akan dibatalkan ataupun disembunyikan oleh Nabi Muhammad. Apabila dalam suatu hari keluarga Nabi Muhammad meminta dalam satu rapat, supaya propaganda Islam itu dihentikan saja, karena sangat menimbulkan pertengkaran, dan sangat mengancam jiwa Nabi Muhammad, maka Nabi Muhammad menjawab : Bahwa walaupun matahari di kiri dan bulan di kanan melarang yang sedemikian, larangan itu tak akan diindahkan.

Syahdan, dengan semangat bersatu padu di antara kaum Muslimin yang kian hari kian bertambah banyak juga anggotanya; dengan semangat bertawakal menyerahkan jiwa raganya kepada Yang Maha Kuasa, dengan semangat tak mengenal damai dengan kepercayaan Kafir Jahiliyah, maka dibawah pimpinan Nabi Muhammad akhirnya setelah kira-kira dua puluh tahun berjalan propaganda Islam, persiapan dan pertempuran sengit berulang-ulang, maka tercapailah persatuan seluruh Semenanjung Arabia.

Dengan persatuan yang kuat-kokoh di antara semua suku Arab, dengan semangat pantang menyerah, Islam, zonder (tanpa) janji kepada takdir Tuhan, seimbang dengan semangat menyerang zonder mengenal damai terhadap negara dan rakyat di sekitar Arabia, untuk memperoleh kemenangan lahir dan batin, maka dalam kurang lebih 100 tahun dapatlah bangsa Arab menguasai hampir seluruh Laut tengah di Asia, Afrika dan Eropa.

Seharusnya lebih daripada penghargaan resmi, yang diberikan oleh dunia Kristen kepada Arab Islam, di Abad Pertengahan sampai sekarang pun, jasa Arab-Islam, tentang filsafat dan ilmu pengetahuan empirik, sesungguhnya belum mendapatkan penghargaan yang sepatutnya!

Dengan bangsa Arab, maka selesailah sudah circle edaran dialektika! Dengan Nabi Musa majulah ke depan filsafat ketuhanan 1=1 sebagai tesis. Setelah Nabi Isa, maka timbullah tentangan berupa 3=1, sebagai anti-tesis. Dengan Nabi Muhammad terbentuklah sintesis, yakni kembalinya filsafat 1=1 dengan lebih sempurna dan lebih kaya isinya daripada semula.

Sedikit saja filsafat Ketuhanan Islam yang tercantum dalam takdir, kemauan Tuhan, yang tak dapat dielakkan itu menoleh ke dunia lama, yakni masyarakat Yunani, maka filsafat Islam mendapatkan bahan serta petunjuk yang berharga. Filsafat Islam dapat mengangkat kembali filsafat Yunani yang ratusan tahun terpendam di bawah haribaan kerajaan Romawi. Filsafat Islam dapat memisahkan padi yang berisi dari padi yang hampa, menanam yang berisi sampai tumbuhnya di Abad Pertengahan.

Dengan demikian sepatutnyalah kita menoleh ratusan tahun ke belakang masyarakat Islam yang jaya-mulia-makmur di Spanyol, Mesir, dan Bagdad dan kembali sebentar menoleh ke masyarakat Yunani asli.


9. YUNANI ASLI.

Bagi kebudayaan Eropa-Amerika modern, maka kebudayaan Yunani asli masih dianggap Kebudayaan Ibu. Plato, sebagai ahli filsafat, masih menjadi sumber bagi filsafat Idealisme. Filsafat Heraklitos masih dianggap uratnya materialisme dan dialektika. Aristoteles masih dianggap moyang pelbagai ahli ilmu pengetahuan empirik (scientis dalam sudut pandang positivisme) modern. Demikianlah bermacam cabang kebudayaan modern dapat dicari uratnya pada Kebudayaan Yunani asli. Tidaklah mengherankan, kalau bahasa Yunani asli itu sampai sekarang masih perlu diajarkan kepada mahasiswa yang harus menyelami semua ilmu modern itu lebih dengan dalam, sampai keuratnya.


10. AGAMA, FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN EMPIRIK.

Kalau sekarang kita memusatkan perhatian kepada dunia Barat, yakni Eropa dan Amerika, maka tampaklah di mata kita tiga garis pokok kebudayaan. Semenjak 2500 tahun sejarah Dunia Barat, yakni dari kurang lebih tahun 500 SM sampai sekarang tiga garis pokok itu adalah garis agama, garis filsafat dan garis ilmu pengetahuan empirik. Semua cabang kebudayaan yang lain termasuk ke dalam atau bersandar kepada tiga garis pokok itu.

Syahdan, tiga garis pokok dalam sejarah dunia barat yang 2500 tahun itu, banyak sekali mengalami kemajuan, kemunduran serta pertukaran nilai dan kedudukan.

Dalam garis besarnya, maka dari tahun 500 SM sampai tahun 1500 M, agama memperoleh nilai kedudukan tertinggi. Di masa itu maka ilmu filsafat cuma mengabdi kepada agama serta ilmu pengetahuan empirik boleh dianggap melalaikan otak dan pikiran belaka. Saat itu meliputi zaman Yunani, Romawi dan Abad Pertengahan, yang dikuasai oleh masyarakat Islam dan masyarkaat Nasrani. Pada zaman Yunani dan Romawi ahli filsafat sudah mengambil bagian terkemuka dalam masyarakat dan negara.

Boleh dikatakan pula, dalam garis besarnya maka dari tahun 1500 sampai 1850 masehi, ilmu filsafatlah yang memperoleh nilai dan kedudukan yang tertinggi dalam masyarakat Barat tadi. Di masa ini maka mulailah agama terdesak ke belakang. Bahkan pada masa Revolusi Perancis agama mendapat perlawanan yang sekeras-kerasnya.

Sedangkan ilmu pengetahuan empirik makin mendesak dan sudah menjadi sandaran utama bagi ilmu filsafat. Pada saat itu, bukan lagi kaum pendeta yang memegang pimpinan masyarakat dan negara, melainkan mereka yang mempunyai pengetahuan filsafat dan ilmu pengetahuan empirik, ilmu nyata.

Akhirnya kira-kira dari tahun 1850 sampai sekarang, maka ilmu pengetahuan empirik (science)-lah yang memperoleh nilai dan kedudukan tertinggi dalam masyarakat serta negara Eropa dan Amerika modern itu. Agama yang di masa Revolusi Perancis mendapat tentangan yang sekeras-kerasnya bisa bangun kembali, tetapi tidak lagi mendapatkan nilai dan kedudukan seperti sebelum Revolusi Perancis.

Pada pertengahan abad ke-19 ilmu filsafat dalam arti aslinya mulai turun dari singgasananya seperti terdapat di zaman sebelumnya. Satu golongan ahli filsafat, yakni filsafat materialisme dialektis, di bawah pimpinan Marx dan Engels memproklamirkan : “Hari Akhir Filsafat”. Semenjak itu ilmu kemasyarakatan pun sudah didasarkan atas hukum ilmu pengetahuan empirik. Ilmu pengetahuan empirik dalam pelbagai pokok, cabang dan ranting sudah mengambil nilai serat kedudukan yang tertinggi sampai sekarang.

Ahli ilmu pengetahuan empirik memakai perkataan filsfat tetapi artinya berlainan dari semula. Artinya sekarang, terutama ialah weaving up general principles (penyusupan prinsip umum), seperti dikatakan Francis Bacon, salah seorang ahli ilmu pengetahuan empirik besar.

Jelas kiranya bahwa dalam tiga zaman yang kita kemukakan buat Dunia Barat seperti tersebut di atas salaing beralihan nilai dan kedudukan yang diambil oleh tiga garis pokok kebudayan itu: agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan empirik. Adapun peralihan ketiga garis pokok yang sejajar pula dengan peralihan kedudukan yang dialami oleh para penguasa masyarakat dan negara (Social-political regime) adalah berurat pada peralihan yang dialami oleh sistem produksi yang berdasarkan teknik yang ada.

MANUSIA DAN KEADILAN

PENGERTIAN KEADILAN

Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.
Keaadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.



BERBAGAI MACAM KEADILAN

1. Keadilan legal atau keadilan moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya ( the man behind the gun ). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan oleh yang lainnya disebut keadilan legal

2. Keadilan distributive
Aristotele berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama (justice is done when equels are treated equally).

3. Keadilan komutatif
Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat
Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa-apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.


KECURANGAN

Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hari nuraninya atau, orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan berusaha. Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita. Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada 4 aspek yaitu aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban dan aspek teknik. Apabila keempat asepk tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum. Akan tetapi, apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah kecurangan.


PEMULIHAN NAMA BAIK

Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menajaga dengan hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan bama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.




PEMBALASAN

Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yagn penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan mahluk sosial. Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.


KONSEP-KONSEP KEADILAN

Tidak dapat dipungkiri, Al-qur’an meningkatkan sisi keadilan dalam kehidupan manusia, baik secara kolektif maupun individual. Karenanya, dengan mudah kita lalu dihinggapi semacam rasa cepat puas diri sebagai pribadi-pribadi Muslim dengan temuan yang mudah diperoleh secara gamblang itu.
Sebagai hasil lanjutan dari rasa puas diri itu, lalu muncul idealisme atas Al-qur’an sebagai sumber pemikiran paling baik tentang keadilan. Kebetulan persepsi semacam itu sejalan dengan doktrin keimanan Islam sendiri tentang Allah sebagai Tuhan Yang Maha Adil. Bukankah kalau Allah sebagai sumber keadilan itu sendiri, lalu sudah sepantasnya Al-qur’an yang menjadi firmanNya kalamu 'l-Lah juga menjadi sumber pemikiran tentang keadilan?
Cara berfikir induktif seperti itu memang memuaskan bagi mereka yang biasa berpikir sederhana tentang kehidupan, dan cenderung menilai refleksi filosofis yang sangat kompleks dan rumit. Mengapakah kita harus sulit-sulit mencari pemikiran dengan kompleksitas sangat tinggi tentang keadilan? Bukankah lebih baik apa yang ada itu saja segera diwujudkan dalam kenyataan hidup kaum Muslimin secara tuntas? Bukankah refleksi yang lebih jauh hanya akan menimbulkan kesulitan belaka?
"Kecenderungan praktis" tersebut, memang sudah kuat terasa dalam wawasan teologis kaum skolastik mutakallimin Muslim sejak delapan abad terakhir ini.
Argumentasi seperti itu memang tampak menarik sepintas lalu. Dalam kecenderungan segera melihat hasil penerapan wawasan Islam tentang keadilan dalam hidup nyata. Apalagi dewasa ini justru bangsa-bangsa Muslim sedang dilanda masalah ketidakadilan dalam ukuran sangat massif. Demikian juga, persaingan ketat antara Islam sebagai sebuah paham tentang kehidupan, terlepas dari hakikatnya sebagai ideologi atau bukan, dan paham-paham besar lain di dunia ini, terutama ideologi-ideologi besar seperti sosialisme, komunisme, nasionalisme, dan liberalisme. Namun, sebenarnya kecenderungan serba praktis seperti itu adalah sebuah pelarian yang tidak akan menyelesaikan masalah. Reduksi sebuah kerumitan menjadi masalah yang disederhanakan, justru akan menambah parah keadaan. Kaum Muslim akan semakin menjauhi keharusan mencari pemecahan yang hakiki dan berdayaguna penuh untuk jangka panjang, dan merasa puas dengan "pemecahan" sementara yang tidak akan berdayaguna efektif dalam jangka panjang.
Ketika Marxisme dihadapkan kepada masalah penjagaan hak-hak perolehan warga masyarakat, dan dihadapkan demikian kuatnya wewenang masyarakat untuk memiliki alat-alat produksi, pembahasan masalah itu oleh pemikir Komunis diabaikan, dengan menekankan slogan "demokrasi sosial" sebagai pemecahan praktis yang menyederhanakan masalah. Memang berdayaguna besar dalam jangka pendek, terbukti dengan kemauan mendirikan negara-negara Komunis dalam kurun waktu enam dasawarsa terakhir ini. Namun, "pemecahan masalah" seperti itu ternyata membawa hasil buruk, terbukti dengan "di bongkar pasangnya" Komunisme dewasa ini oleh para pemimpin mereka sendiri dimana-mana. Rendahnya produktivitas individual sebagai akibat langsung dari hilangnya kebebasan individual warga masyarakat yang sudah berwatak kronis, akhirnya memaksa parta-partai Komunis untuk melakukan perombakan total seperti diakibatkan oleh perestroika dan glasnost di Uni Soviet beberapa waktu lalu.
Tilikan atas pengalaman orang lain itu mengharuskan kita untuk juga meninjau masalah keadilan dalam pandangan Islam secara lebih cermat dan mendasar. Kalaupun ada persoalan, bahkan yang paling rumit sekalipun, haruslah diangkat ke permukaan dan selanjutnya dijadikan bahan kajian mendalam untuk pengembangan wawasan kemasyarakatan Islam yang lebih relevan dengan perkembangan kehidupan umat manusia di masa-masa mendatang. Berbagai masalah dasar yang sama akan dihadapi juga oleh paham yang dikembangkan Islam, juga akan dihadapkan kepada nasib yang sama dengan yang menentang Komunisme, jika tidak dari sekarang dirumuskan pengembangannya secara baik dan tuntas, bukankah hanya melalui jalan pintas belaka.
Pembahasan berikut akan mencoba mengenal (itemize) beberapa aspek yang harus dijawab oleh Islam tentang wawasan keadilan sebagaimana tertuang dalam Al-qur’an . Pertama-tama akan dicoba untuk mengenal wawasan yang ada, kemudian dicoba pula untuk menghadapkannya kepada keadaan dan kebutuhan nyata yang sedang dihadapi umat manusia. Jika dengan cara ini lalu menjadi jelas hal-hal pokok dan sosok kasar dari apa yang harus dilakukan selanjutnya, tercapailah sudah apa yang dikandung dalam hati.