Kamis, 25 Februari 2010

Konflik Sosialisasi

Arkeologi Konflik Sosial di Indonesia

KEHIDUPAN bangsa Indonesia dewasa ini tengah menghadapi ancaman serius berkaitan dengan mengerasnya 
konflik-konflik dalam masyarakat, baik yang bersifat vertikal maupun horizontal. Konflik-konflik itu pada dasarnya 
merupakan produk dari sistem kekuasaan Orde Baru yang militeristik, sentralistik, dominatif, dan hegemonik. Sistem 
tersebut telah menumpas kemerdekaan masyarakat untuk mengaktualisasikan dirinya dalam wilayah sosial, ekonomi, 
politik, maupun kultural.

Kemajemukan bangsa yang seharusnya dapat kondusif bagi pengembangan demokrasi ditenggelamkan oleh ideologi 
harmoni sosial yang serba semu, yang tidak lain adalah ideologi keseragaman. Bagi negara kala itu, kemajemukan 
dianggap sebagai potensi yang dapat mengganggu stabilitas politik. Karena itu negara perlu menyeragamkan setiap 
elemen kemajemukan dalam masyarakat sesuai dengan karsanya, tanpa harus merasa telah mengingkari prinsip dasar 
hidup bersama dalam kepelbagaian. Dengan segala kekuasaan yang ada padanya negara tidak segan-segan untuk 
menggunakan cara-cara koersif agar masyarakat tunduk pada ideologi negara yang maunya serba seragam, serba 
tunggal.

Perlakuan negara yang demikian itu kemudian diapresiasi dan diinternalisasi oleh masyarakat dalam kesadaran sosial 
politiknya. Pada gilirannya kesadaran yang bias state itu mengarahkan sikap dan perilaku sosial masyarakat kepada 
hal-hal yang bersifat diskriminatif, kekerasan, dan dehumanisasi.

Hal itu dapat kita saksikan dari kecenderungan xenophobia dalam masyarakat ketika berhadapan dengan elemen-elemen 
pluralitas bangsa. Penerimaan mereka terhadap pluralitas kurang lebih sama dan sebangun dengan penerimaan negara 
atas fakta sosiologis-kultural itu. Karena itu, subyektivitas masyarakat kian menonjol dan pada gilirannya menafikan 
kelompok lain yang dalam alam pikirnya diyakini "berbeda". Dari sinilah konflik-konflik sosial politik memperoleh legitimasi 
rasionalnya. Tentu saja untuk hal ini kita patut meletakkan negara sebagai faktor dominan yang telah membentuk pola 
pikir dan kesadaran antidemokrasi di kalangan masyarakat.

Ketika negara mengalami defisit otoritas, kesadaran bias state masyarakat semakin menonjol dalam pelbagai pola 
perilaku sosial dan politik. Munculnya reformasi telah menyediakan ruang yang lebih lebar bagi artikulasi pendapat dan 
kepentingan masyarakat pada umumnya. Masalahnya, artikulasi pendapat dan kepentingan itu masih belum terlepas dari 
kesadaran bias state yang mengimplikasikan dehumanisasi. Itulah mengapa kemudian muncul pelbagai bentuk tragedi 
kemanusiaan yang amat memilukan seperti kita saksikan dewasa ini di Aceh, Ambon, Sambas, Papua, dan beberapa 
daerah lain. Ironisnya lagi, ternyata ada the powerful invisible hand yang turut bermain dalam menciptakan tragedi 
kemanusiaan itu.

JADI, reformasi yang tengah kita laksanakan sekarang ini harus mampu membongkar aspek struktural dan kultural yang 
kedua-duanya saling mempengaruhi kehidupan masyarakat. Kita tidak dapat semata-mata bertumpu kepada aspek 
struktural atau sistem kekuasaan yang ada, melainkan harus pula melakukan dislearn atas wacana dan konstruksi 
pemikiran masyarakat. Di sini kita sebenarnya berada dalam area dominasi dan hegemoni negara seperti yang 
dibeberkan oleh Karl Marx dan Antonio Gramsci.

Repotnya, apa yang terjadi di Indonesia adalah reformasi, dan bukan revolusi sosial. Gerakan reformasi, karena sifatnya 
yang moderat, cenderung berkompromi dengan anasir-anasir lama yang pro-status quo. Ini yang disebut Samuel P 
Huntington sebagai konsekuensi reformasi. Sementara revolusi, karena sifatnya yang radikal, bersikap tegas dalam 
menghadapi rezim kekuasaan yang lama dan anasir-anasir pro-status quo. Revolusi Bolshevik 1917 di bekas negara Uni 
Soviet merupakan contoh dari ketegasan sikap para pemimpin gerakan revolusi terhadap anasir kekuatan lama.

Dalam era pandang revolusioner, struktur kekuasaan harus dibalik sedemikian rupa sehingga diujudkan struktur 
kekuasaan yang benar-benar baru. Itulah mengapa kita rasakan perjalanan reformasi bangsa ini terasa menggemaskan 
karena lambatnya. Seringkali kita memang tidak begitu sabar untuk menjadi seorang demokrat, namun untuk menjadi 
seorang revolusioner sejati kita pun acap tidak punya nyali.

Kenyataan bahwa yang terjadi sekarang ini adalah reformasi menuntut segenap elemen dalam masyarakat untuk 
mereposisi gerakannya agar lebih kondusif bagi akselerasi reformasi. Artinya, kita tidak dapat lagi menggunakan wacana 
dan metode gerakan sebagaimana dilakukan pada masa kekuasaan Orde Baru. Gerakan sosial apa pun dalam 
masyarakat harus mulai menyediakan alternatif-alternatif yang lebih konkret kepada para pengambil keputusan.

Mengapa demikian? Karena kekuasaan negara hari ini, meskipun struktur dan sistemnya masih Orde Baru, tetapi di 
dalamnya mulai berlangsung dinamika yang lebih baik ke arah demokratisasi. Namun demikian ada dua soal yang harus 
secara terus-menerus dipertegas. Pertama, political will dan konsistensi pemerintah baru untuk melaksanakan agenda 
reformasi. Kedua, kesediaan masyarakat untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam mempercepat jalannya agenda 
reformasi.

Dalam konteks pengembangan kehidupan bangsa yang humanis, plural dan demokratis, baik pemerintah maupun 
masyarakat bertanggung jawab untuk membongkar struktur dan kultur dalam masyarakat yang masih diskriminatif. Kita 
tidak boleh lagi menyerahkan segala urusan kepada pemerintah sebagaimana yang sudah-sudah. Karena dengan begitu 
kita sebagai warga negara akan semakin kehilangan peran strategis, sementara pemerintah akan semakin dominan. 
Inilah momentum yang tepat bagi segenap warga negara Indonesia untuk berpartisipasi semaksimal mungkin dalam 
mengarahkan dan mengendalikan proses transisi bangsa dan negara ini menuju demokrasi yang sejati, atau minimal 
demokrasi yang stabil (stable democracy).

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

 
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

CERPEN LUCU.

DI RESTORAN ITALY

Ella dan mamanya pergi ke restoran Itali. Karena keduanya sama-sama nggak fasih berbahasa Itali, mereka sok aja kesana.

Sampai di restoran Itali,...
"Ella, pesan tempat duduk, yuk! Kita cari yang view-nya pemandangan sawah!" ajak mamanya. "Oke, ma!" lalu mereka ke tempat pelayan. "Permisi, saya mau cari tempat duduk yang view-nya hadap ke sawah!" kata mamanya Ella. Lalu si pelayan berbicara bahasa Itali. "Oke" kata mamanya Ella sok tau. Karena mengira pelayan akan mengantarkan mereka ke posisi wuenaak itu. Ternyata, mereka lalu dibawa ke sudut restoran paliiinggg...pojok, tempat orang merokok, di sebelah tempat sampah, dan yang paling terakhir mendapat layanan. Istilahnya kelas ekonomi,gitu...
Spontan saja mamanya Ella marah. Tapi karena si pelayan tidak paham bahasa Indonesia berlogat Jawa campur aksen India dan dibumbui bersin-bersin. Si pelayan langsung pergi dengan berpikir: "Aneh skali bahasa Indonesia! Campur-campur logatnya, aksennya pakai acha-acha kayak orang India saja! Lalu, ada pakai bersin-bersin pula! Aneh orang Indonesia ini"
Satu jam kemudian, daftar menu datang. Mamanya Ella langsung menunjuk salah satu tulisan. Sambil mengerutkan kening, si pelayan menganggukkan kepalanya. Lalu Ella juga memesan sebuah menu. Lagi=lagi pelayan itu heran. "Okay, that's all" kata Ella dengan jengkel. Si pelayan lalu pergi.
Saat makanan datang, yang datang ternyata...acar dan es batu! Jelas saja mamanya Ella malu. Sok tau 'sih!
Lalu, saat makanan Ella akan dibawakan, seorang pelayan yang bisa bahasa Indonesia berkata:
"Maaf, Bu. Menu yang anak Ibu pesan itu bukan menu, tapi nama pemilik restoran ini! Saya tidak mungkin menyuruh koki saya memasaknya!" lalu mamanya Ella mendengar konsumen di meja seberan gberkata: "One more dish!" (artinya: Satu makanan lagi! (makanan yang sama yang sudah dipesan)) Lalu keluarlah ayam goreng bumbu Venice dan gelato. Mamanya Ella lalu bilang:
"Wan mor diss!" si pelayan heran campur kaget campur geli campur kesel, menuju dapur. dan dua jam kemudian, bisa ditebak, yang keluar adalah...ACAR dan ES BATU lagi!!
Dasar wong ndeso! Katrokkk....pooolll!!!

CERPEN.

TENTANG HUJAN

     Siang itu tampak seorang gadis 17 tahun d ambang jendela. Pada pertengahan oktober yang istimewa. Dari dalam kamrnya,ia melepaskan pikiran dan pandangannya bersamaan pada sesuatu.

     "aku selalu bahagia saat hujan turun karena aku dapat mengenangmu untukku sendiri..." senandung gadis berjilbab itu yang bernama Jihan. " ini tentang aku dan hujan yang akhirnya harus menyertakanmu juga. Sebab beberapa menit pada suasana hujan tahun lalu. Hujan sempat menahanmu untukku." Lalu ia mulai mengambil penanya dan menulis diatas kertas agendanya. "judulnya : Arswa. Hadiah dari langit untuk Jihan.Hmmm.." Pikiran Jihan tentang hujan membuat jihan teringat pada kenangan masa lalunya.

     Jam sekolah sudah berakhir tetapi gerimis masih turun sehingga banyak siswa yang tertahan untuk pulang,salah satunya Jihan. dia bersama 2 teman lelakinya memasuki ruangan kelas yang sudah lengang sambil menunggu huja reda. sementara siswa yang lain menunggu d depan kelas,salah satunya Arswa, anak laki-laki berwajah dingin dan manis.

     "ji,dia ada di luar,depan pintu," kata salah satu temannya. "aku tahu" kata Jihan yang berusaha untuk tidak menengok ke arah Arswa. " dia melihat ke arah sini,Ji.tidak cuma sekali." perkataan itu membuat Jihan semakin penasaran. " Aku tahu, tolonglah jangan buat aku jadi serba salah " Jihan mulai kesal." "aku ingin melihatnya , tapi aku tidak boleh menuruti keinginanku. Melihatnya akan membuatku semakin menginginkannya. Itu sangat menyiksa karena Arswa begitu jauh sedang aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmeraihnya. Yang harus aku lakukan adalah mulai mengendalikan perasaanku dan bukan sebaliknya. Aku tidak mau di kendalikan dan aku tidak sudi menyerahkan hidupku pada keinginanku semata-mata". kata Jihan.

     Jihan selau merasa kesulitan dengan dua keputusannya yang berbeda antara yang harus ia lakukan dengan yang tidak harus ia lakukan,tetapi ia harus memilih salah satu diantaranya yang berlawanan itu.

***********

     Lalu,di sebuah siang yang gerimis di tahun yang berbeda telah tiba. Jihan memandang keluar kelas lewat jendela. Pandangannya selalu tertuju pada sosok Arswa yang sedang berdiri di seberang sana. Tiba-tiba Arswa di hampiri seorang gadis manis berambut panjang. " Mereka pacaran" bisik Jihan dalam hati.

     Melihat kenyataan itu, Jihan mulai berpikir tentang siang gerimis tahun lalu. "apakah seharusnya dulu aku mengikuti pikiranku?" pikir Jihan. "apa aku sedang menyesal?" diam sejenak. "tidak! penyesalan merupakan bentuk penolakan terhadap masa lalu, sedangkan yang ingin aku lakukan adalah berdamai dengan masa lalu dan tidak menyesalinya  karena hanya membuang waktuku saja. karena sekarang pun masih banyak yang masih menyayangiku."

     ************

     kembali pada siang gerimis di pertengahan Oktober. Tatapan Jihan tersangkut pada burung-burung yang terbang di atas awan itu. "Bukankah seharusnya mereka pulang ya?"gumam Jihan. "atau justru saat-saat seperti inilah yang mereka tunggu sejak tadi? apa mereka akan baik-baik saja?"

THE END

CERPEN.

Senin, 22 Februari 2010

MASYARAKAT

*Makna masyarakat
  • M.J Herkovist : kelompok individu yang di organisasikan dan mengikuti 1 cara hidup tertentu
  • Hasan shadily : golongan besar atau kecil dari beberapa manusia dengan atau karena sendirinya, bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan 1 sama lain.
* Pengertian masyarakat
  • R.Linton : bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan drinya berpikir tentang dirinya dalam 1 kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
* Cara terbentuknya masyarakat
  • masyarakat paksaan,contoh : negara,masyarakat paksaan, tawanan,dll
  • masyarakat merdeka
  • msyarakat natuuf : masyarakat yang terjadi dengan sendirinya. contoh : gerombolan, suku, persaudaraan/darah.
  • masyarkat kultur : msyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan/kepercayaan. contoh : koperasi.gereja.dll
  • masyarakat perkotaan : masyarakat kota, masyarakat yang lebih di tekankan pada sifat-sifat kehidupannya.
* Ciri-ciri yang menonjol pada masyarakat kota :
  • kehidupan keagamaan yang berkurang , cenderung kearah duniawi yang kehidupannya masyarakatnya berada dalam lingkungan ekonomi.
  • individu dari masyarakat : kota pada umumnya mampu mengurus dirinya sendiritanpa bergantung pada orang lain,yang dikarenakan sebab-sebab perbedaan kepentingan paham politik, kepentingan paham, perbedaan agama,dll
  • pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata. contoh : seorang PNS lebih banyak bergaul dengan rekannya daripada tuakng becak, tukang kelontong, pedagang kaki lima,dll
* Ciri-ciri masyarakat pedesaan :
  1. hubungan antara warganya sangat erat di banding hubungan di luar masyarakat luar desanya
  2. terdapat sistem kehidupan kekeluargaan
  3. mata pencaharian bertani
  4. bersifat homogeni ( dalam agama, mata pencaharian ) , adalah sama
* Perbedaan masyarakat desa dengan kota :
  1. lingkungan desa tergantung dengan alam
  2. mata pencaharian : desa :bertani, nelayan kota : IT,hukum
  3. dalam ukuran komunitas
  4. adanya homogenitas ( persamaan agama, adat istiadat adalah sama )
  5. jenis-jenis sosial
  6. deferensiasi sosial
  7. pelapsan sosial
  8. mobilitas sosial ( perpindahan dari kelompok sosial A ke kelompok sosial B )
  9. interaksi sosial
  10. pengawasan sosial : bersifat formal
  11. pola kepemimpinan
  12. standar kehidupan
  13. kesetiakawanan sosial

Selasa, 16 Februari 2010

ILMU SOSIAL DASAR

Sosial Budaya

Dampak sosial budaya

Adanya perubahan sosial budaya secara langsung atau tidak langsung akan memberikan dampak negatif dan positif.

a. Akibat Positif

Perubahan dapat terjadi jika masyarakat dengan kebudayaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Keadaan masyarakat yang memiliki kemampuan dalam menyesuaikan disebut adjusment, sedangkan bentuk penyesuaian dengan gerak perubahan disebut integrasi.

b. Akibat Negatif

Akibat negatif terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaannya tidak mampu menyesuaikan diri dengan gerak perubahan. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan disebut maladjusment. Maladjusment akan menimbulkan disintegrasi. Penerimaan masyarakat terhadap perubahan sosial budaya dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang bersangkutan.

Apabila perubahan sosial budaya tersebut tidak berpengaruh pada keberadaan atau pelaksanaan nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan positif. Namun, jika perubahan sosial budaya tersebut menyimpang atau berpengaruh pada nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan negatif.

Integrasi sosial

Setiap perubahan yang dikehendaki atau diinginkan oleh masyarakat akan menghasilkan integrasi sosial . Ini berarti masyarakat menyadari bahwa sistem sosial, nilai, adat-istiadat, norma, atau hukum yang berlaku sekarang sudah tidak memadai lagi dan sudah saatnya diubah. Perubahan yang dikehendaki (intended change) oleh masyarakat sendiri tidak akan menimbulkan kekacauan atau disintegrasi sosial.

Nilai, norma, atau tatanan hukum yang baru terbentuk akan dapat menjadi patokan hidup sosial, sehingga keharmonisan dan kedamaian segera tercipta, meskipun perubahan baru saja terjadi.
Misalnya, selama masa kekuasaan Orde Baru, hak-hak politik warga negara Indonesia sering diabaikan dan tidak diakui.

Atas nama stabilitas nasional, pemerintah membatasi kebebasan pers. Pemerintah Orde Baru juga membatasi kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul dan berserikat, bahkan melarang aksi protes mahasiswa di kampus-kampus. Keadaan ekonomi yang hancur sejak tahun 1997 menyadarkan rakyat Indonesia bahwa negara dikelola secara buruk. Bahwa kehancuran ekonomi terjadi karena praktik politik yang korup, yang penuh dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Keadaan semacam itu, jika dibiarkan berlanjut tentu akan menghancurkan negara Indonesia sendiri. Karena itu, masyarakat dan mahasiswa kemudian melakukan aksi demonstrasi dan protes dengan puncak pada demonstrasi besar-besaran di bulan Mei 1998. Aksi itu mendesak Presiden Soeharto mundur dari jabatan. Lengsernya Soeharto dari kekuasaan yang sudah dipegangnya selama 32 tahun dan lahirnya era reformasi merupakan sebuah perubahan sosial dan budaya.

Perubahan semacam ini dikehendaki rakyat. Karena itu, disintegrasi negara akan diminimalisir sampai serendah mungkin. Tentunya stabilitas dan integrasi bangsa dan negara akan sangat ditentukan juga oleh masalah penegakan hukum yang pasti dan adil. Tentunya kita semua mengharapkan agar segala perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Indonesia merupakan perubahan sosial yang dikehendaki warga negara.

Bahwa dari dalam diri masyarakat sendiri timbul keinginan kuat untuk melakukan perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan dalam bingkai semacam ini akan menjadi sebuah proses kebudayaan yang bagus, karena mampu merangkum seluruh lapisan dan golongan masyarakat. Apalagi Indonesia adalah negara yang plural, di mana berbagai suku, bangsa, dan agama hidup di sini.

Perubahan sosial sebagai sebuah proses kebudayaan akan mampu mengintegrasikan seluruh lapisan masyarakat dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia. Sebaliknya, perubahan yang dipaksakan hanya akan menghasilkan kekacauan dan disintegrasi sosial. Pemaksaan perubahan sosial dapat terjadi dari dalam masyarakat sendiri karena sekelompok orang ingin memaksakan kehendaknya.

Atau, pemerintah ingin menguasai seluruh sendiri kehidupan warga negaranya. Pemaksaan perubahan juga bisa berasal dari luar negeri, terutama dari negara-negara adikuasa dengan kepentingan ekonomi dan politik yang ingin diwujudkan di negara Indonesia.

ILMU SOSIAL DASAR

Sosial Budaya

Dampak sosial budaya

Adanya perubahan sosial budaya secara langsung atau tidak langsung akan memberikan dampak negatif dan positif.

a. Akibat Positif
Perubahan dapat terjadi jika masyarakat dengan kebudayaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Keadaan masyarakat yang memiliki kemampuan dalam menyesuaikan disebut adjusment, sedangkan bentuk penyesuaian dengan gerak perubahan disebut integrasi.

b. Akibat Negatif
Akibat negatif terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaannya tidak mampu menyesuaikan diri dengan gerak perubahan. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan disebut maladjusment. Maladjusment akan menimbulkan disintegrasi. Penerimaan masyarakat terhadap perubahan sosial budaya dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang bersangkutan.

Apabila perubahan sosial budaya tersebut tidak berpengaruh pada keberadaan atau pelaksanaan nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan positif. Namun, jika perubahan sosial budaya tersebut menyimpang atau berpengaruh pada nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan negatif.

Integrasi sosial

Setiap perubahan yang dikehendaki atau diinginkan oleh masyarakat akan menghasilkan integrasi sosial . Ini berarti masyarakat menyadari bahwa sistem sosial, nilai, adat-istiadat, norma, atau hukum yang berlaku sekarang sudah tidak memadai lagi dan sudah saatnya diubah. Perubahan yang dikehendaki (intended change) oleh masyarakat sendiri tidak akan menimbulkan kekacauan atau disintegrasi sosial.

Nilai, norma, atau tatanan hukum yang baru terbentuk akan dapat menjadi patokan hidup sosial, sehingga keharmonisan dan kedamaian segera tercipta, meskipun perubahan baru saja terjadi.
Misalnya, selama masa kekuasaan Orde Baru, hak-hak politik warga negara Indonesia sering diabaikan dan tidak diakui.

Atas nama stabilitas nasional, pemerintah membatasi kebebasan pers. Pemerintah Orde Baru juga membatasi kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul dan berserikat, bahkan melarang aksi protes mahasiswa di kampus-kampus. Keadaan ekonomi yang hancur sejak tahun 1997 menyadarkan rakyat Indonesia bahwa negara dikelola secara buruk. Bahwa kehancuran ekonomi terjadi karena praktik politik yang korup, yang penuh dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Keadaan semacam itu, jika dibiarkan berlanjut tentu akan menghancurkan negara Indonesia sendiri. Karena itu, masyarakat dan mahasiswa kemudian melakukan aksi demonstrasi dan protes dengan puncak pada demonstrasi besar-besaran di bulan Mei 1998. Aksi itu mendesak Presiden Soeharto mundur dari jabatan. Lengsernya Soeharto dari kekuasaan yang sudah dipegangnya selama 32 tahun dan lahirnya era reformasi merupakan sebuah perubahan sosial dan budaya.

Perubahan semacam ini dikehendaki rakyat. Karena itu, disintegrasi negara akan diminimalisir sampai serendah mungkin. Tentunya stabilitas dan integrasi bangsa dan negara akan sangat ditentukan juga oleh masalah penegakan hukum yang pasti dan adil. Tentunya kita semua mengharapkan agar segala perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Indonesia merupakan perubahan sosial yang dikehendaki warga negara.

Bahwa dari dalam diri masyarakat sendiri timbul keinginan kuat untuk melakukan perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan dalam bingkai semacam ini akan menjadi sebuah proses kebudayaan yang bagus, karena mampu merangkum seluruh lapisan dan golongan masyarakat. Apalagi Indonesia adalah negara yang plural, di mana berbagai suku, bangsa, dan agama hidup di sini.

Perubahan sosial sebagai sebuah proses kebudayaan akan mampu mengintegrasikan seluruh lapisan masyarakat dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia. Sebaliknya, perubahan yang dipaksakan hanya akan menghasilkan kekacauan dan disintegrasi sosial. Pemaksaan perubahan sosial dapat terjadi dari dalam masyarakat sendiri karena sekelompok orang ingin memaksakan kehendaknya.

Atau, pemerintah ingin menguasai seluruh sendiri kehidupan warga negaranya. Pemaksaan perubahan juga bisa berasal dari luar negeri, terutama dari negara-negara adikuasa dengan kepentingan ekonomi dan politik yang ingin diwujudkan di negara Indonesia.