Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dampak Negatif
Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut.
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
*ISLAM dan MODERNISASI
Ada saja orang yang mengatakan kembali ke Islam artinya kembali ke jaman onta. Ada juga yang mengatakan jika kembali ke Islam kita akan mundur beberapa ratus tahun ke belakang. Seolah-olah jika kita menjalankan aturan Islam secara kaffah harus meninggalkan semua teknologi yang kita miliki.
Tentu saja pendapat tersebut keliru. Dilihat dari sisi historis saja pendapat tersebut jelas kesalahannya. Sebab pada masa yang lalu justru Islam adalah pemimpin dunia dalam urusan sains dan teknologi.
Ada dua kemungkinan mengapa pendapat seperti seperti itu muncul: mungkin berasal dari keinginan melecehkan Islam, atau mungkin timbul dari pemahaman Islam yang kurang sempurna. Sebagai contoh, saya pernah mendengar cerita dari teman yang entah benar atau salah. Katanya, dahulu seorang syaikh Arab menolak alat bor minyak bumi dengan alasan bid’ah.
Pada masa lalu, teknologi yang dibawa Barat cukup mengagetkan umat Islam. Pada masa kekagetan itu, umat Islam kebingungan dalam menyaring segala sesuatu yang berasal dari Barat. Akibatnya timbul tiga gologan. Gologan pertama melarang segala sesuatu yang datang dari Barat karena berasal dari kaum kafir. Ada golongan yang menerima semua yang berasal dari Barat dengan alasan agar Islam jadi maju. Ada juga yang menyaring mana yang sesuai dengan Islam mana yang tidak.
Itu kata yang sering diungkapkan menghadapi modernisasi yang dibawa Barat. Namun apa alat saring yang tepat bagi umat Islam? Yang pasti bukan budaya Indonesia yang tidak jelas. Bagaimana tidak jelas. Budaya Indonesia berbeda dari Sabang sampai Merauke. Mau budaya Aceh? Budaya Bali? Atau malah budaya Papua? Semua budaya itu berbeda dengan kekhasannya masing-masing. Tapi tentu saja bukan dengan budaya Arab. Bahkan semuanya harus ditolak bila tidak lolos saringan Islam.
Alat saring itu adalah kategorisasi hadharah dan madaniyah. Kategorisasi ini diperkenalkan syaikh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitab Nidzamul Islam (Peraturan Hidup dalam Islam, -red). Hadharah, yang sering banyak orang artikan sebagai peradaban, beliau definisikan dengan sekumpulan mafahim (pemahaman/pemikiran/hukum) tentang kehidupan. Sedangkan madaniyah didefinisikan sebagai bentuk-bentuk materiil berupa benda-benda hasil karya manusia yang digunakan dalam kehidupannya.
Berdasarkan pengertian tadi, ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan hukum-hukum serta adat istiadat termasuk ke dalam hadharah. Demokrasi, HAM, privatisasi hak publik merupakan contoh mafahim yang berasal dari hadharah Barat. Sedangkan semua benda konkrit dapat dilihat, dirasa, diraba, dan dipergunakan seperti komputer, handphone dan mobil merupakan bentuk madaniyah.
Hadharah
Hadharah ini khas sesuai dengan ideologinya, karena itu tidaklah netral. Ia dihasilkan dari pandangan hidup tertentu. Hadharah Barat dihasilkan dari pemisahan antara agama dan kehidupan (sekularisme, -red). Sederhananya segala hal yang berkaitan dengan kehidupan, mungkin kecuali ibadah, harus diatur manusia. Hal ini tentu saja bertentangan dengan hadharah Islam.
Hadharah Islam asasnya aqidah Islam. Aqidah Islam menuntut ketundukan penuh terhadap aturan yang diturunkan Allah melalui rasul-Nya. Namun jangan negative thinking dahulu. Walau aturan yang ada dalam Islam sangat komprehensif tapi sebenarnya tidak mempersulit umatnya jika dipahami dengan benar, malah memberikan kesejahteraan bagi yang menjalankannya.
Secara konsep, aturan yang dimiliki Islam menjangkau setiap tindakan pemenuhan kebutuhan baik kebutuhan jasmaniah maupun naluriah (beragama, seksual, mempertahankan diri). Hal ini karena manusia tidak mengetahui aturan yang baik secara holistik. Selain — tentu saja — menentramkan di dunia, apakah aturan itu bisa menyelamatkannya di akhirat atau tidak.
Karena bertentangan asasnya, sudah pasti hadharah Barat ini lah yang kita saring.
Bila kita melihat lebih dalam, kita akan menemukan banyak pertentangan antara hadharah Islam dan hadharah Barat. Dalam keyakinan misalnya, pemahaman Allah adalah Dzat yang memberi rizki, Maha Pemurah dan Maha Kuasa yang dipresentasikan dengan senantiasa memohon rizki kepada-Nya dan berlindung kepada-Nya saja merupakan hadharah Islam. Sementara, keyakinan ada kekuatan lain seperti ratu laut selatan atau dewa-dewi hingga perlu pesta laut agar nelayan memperoleh rizki atau ruwatan bagi anak tunggal (dalam tradisi Jawa kuno disebut ontang anting) untuk mendapat keselamatan tergolong hadharah bukan Islam.
Begitu pula pemikiran bahwa manusia harus menutup aurat merupakan hadharah Islam. Sebab merupakan perintah Allah dalam surat Al Ahzab ayat 59 dan An Nur ayat 31. Sementara, pemikiran manusia itu bebas berperilaku hingga wanita boleh berpakaian mini dalam kehidupan umum (hayatul ‘am), berpakaian ketat dan transparan di hadapan umum merupakan hadharah bukan Islam.
Menyangkut ekonomi, hukum dalam perekonomian tidak boleh sedikit pun mengandung unsur riba merupakan hadharah Islam. Sebab Allah mengharamkannya. Nabi pun menjelaskan betapa besar dosa pelaku riba, bahkan melebihi dosa seseorang berzina dengan ibu kandungnya! Sebaliknya, renten dan riba yang membudaya dilakukan di tengah kehidupan sekarang merupakan hadharah bukan Islam.
Dalam bidang kenegaraan pun demikian. Gagasan tentang paham kebangsaan (nasionalisme) bukan hadharah Islam. Islam tidak mengenal paham seperti ini. Malah Rasulullah SAW bersabda :
“Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru kepada ‘ashabiyyah, orang yang berperang karena ‘ashabiyyah serta orang-orang yang mati karena ‘ashabiyyah”
(HR. Abu Dawud)
Madaniyah
Bagaimana dengan madaniyah? Madaniyah adalah bentuk fisik, namun tidak otomatis bebas nilai. Hal ini karena ada bentuk fisik yang dipengaruhi suatu hadharah tertentu. Kita pun perlu menyaring hal seperti ini. Pakaian pastur misalnya, pakaian ini dihasilkan hadharah tertentu (Kristen). Karena itu, tidak boleh kita mempergunakannya.
Bila kita perhatikan, Islam pun menghasilkan madaniyah. Rumah dalam konsep Islam adalah tempat kehidupan khusus (hayatul khas) di mana seseorang bisa membuka ‘aurat kecil’-nya (saya lupa istilahnya) di hadapan mahram-mahramnya. Karena itu, Islam pun melarang seseorang ‘noong’ (ngintip) ke dalam rumah. Lebih lagi Islam mengharuskan seseorang meminta izin terlebih dahulu untuk masuk ke dalam rumah. Seorang muslim yang baik membuat rumah dengan memperhatikan konsep-konsep tadi.
Contoh lain madaniyah yang dipengaruhi hadharah Islam misalnya ilmu hisab dalam astronomi yang dipergunakan untuk memperkirakan datangnya hilal. Atau saya pernah mendengar ada sebuah mesjid di timur tengah yang dibangun pada masa yang lampau yang tata akustik ruangannya memungkinkan suara imam sampai di seluruh penjuru masjid tanpa menggunakan speaker.
Selain yang dipengaruhi hadharah, madaniyah yang tersisa netral dan bisa diterima. Sains dan teknologi merupakan contohnya. Siapapun asalkan meneliti dengan cermat akan menemukan hasil yang sama dalam penelitian tertentu apapun agama atau ideologinya. Rasulullah SAW bersabda:
“Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian”
(HR. Muslim)
Hadits ini menjelaskan aturan bahwa seorang muslim diperbolehkan mengembangkan ilmu pengetahuan, profesi, industri, dan teknologi modern dan apa saja yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan selama tidak bertentangan dengan aturan Islam. Atas dasar ini, Rasulullah mengirim dua orang sahabat yaitu ‘Urwah ibnu Mas’ud dan Ghailan ibnu Maslamah ke kota Jarasy di Yaman mempelajari pembuatan senjata dabbabah (semacam tank di masa itu). Senjata tersebut dipergunakan untuk menerobos benteng lawan.
Saya ingat ada seorang ilmuwan ketika menyampaikan ceramah di Masjid Salman mengatakan sains itu tidaklah netral. Alasannya dengan mencontohkan lukisan porno sebagai aplikasi sains dan teknologi. Tentu saja penjelasannya tidak tepat. Lukisan adalah madaniyah. Sedangkan kepornoannya karena dipengaruhi hadharah tertentu. Contoh tersebut tidak bisa menggeneralisasi semua aplikasi sains dan teknologi pasti selalu dipengaruhi hadharah tertentu. Tentu saja tergantung siapa pemakainya.
Kamis, 08 April 2010
MANUSIA dan PENDERITAAN
*KEHIDUPAN MANUSIA TIDAK KEKAL
Manusia yang hidup di dunia ini selalu mengalami proses tumbuh dan berkembang. Mula-mula manusia dilahirkan sebagai bayi, kemudian tumbuh menjadi balita, anak-anak, remaja, dewasa, tua, adan akhirnya meninggal dunia. Menjadi tua adalah suatu proses kehidupan yang sangat alami; tak seorang pun dapat mencegah proses penuaan ini. Meninggal dunia juga merupakan suatu proses yang pasti akan dialami oleh semua manusia yang dilahirkan; tak seorang pun dapat menghindar dari kematian. Tidak ada kematian bagi manusia yang telah lahir adalah sesuatu yang tidak mungkin, karena manusia yang dilahirkan pasti akan mengalami kematian.
Dalam kitab suci Dhammapada Bab X ayat 135, Sang Buddha bersabda, “ Bagaikan seorang penggembala menghalau sapi-sapinya dengan tongkat ke padang rumput, begitu juga umur tua dan kematian menghalau kehidupan makhluk-makhluk.”
Ya….semuanya berjalan dari kelahiran menuju kematian. Semuanya mengalami proses perubahan yang terus menerus. Setiap hari rupa atau jasmani manusia selalu mengalami proses perubahan yang tiada henti-hentinya. Dalam jasmani manusia tidak ada sesuatu yang tetap atau kekal. Demikian pula dengan nama atau batin manusia yang selalu mengalami ketidakkekalan atau anicca. Batin manusia yang terdiri atas perasaan (vedana), pencerapan (sanna), bentuk-bentuk pikiran (sankhara). Dan kesadaran (vinnana) itu selalu berubah-ubah.
Kedaan yang dialami oleh manusia juga berubah-ubah. Keberhasilan dan kegagalan, untung dan rugi, kemasyhuran dan nama buruk, penghormatan dan penghinaan, pujian dan celaan, kepuasan dan kekecewaan, suka dan duka silih berganti mencengkeram kehidupan manusia. Suatu waktu manusia mengalami keadaan yang menyenangkan, seperti untung, termasyhur, dipuji atau suka. Namun, pada waktu lain manusia mengalami keadaan yang tidak menyenangkan, seperti rugi, nama, buruk, dicela, atau duka.
Pada umumnya manusia merasa gembira bila mengalami keadaan yang menyenangkan. Kadang-kadang di antara mereka ada yang lupa diri dan menganggap bahwa keadaan itu akan berlangsung terus. Pada umumnya manusia ingin sehat terus menerus, makan enak teru-menerus, untung terus menerus, memiliki harta terus menerus, dipuji terus menerus, anak-anak baik terus menerus, suami atau istri setia terus menerus, bahkan hidupnya juga ingin terus menerus. Namun, itu adalah tidak mungkin karena segala sesuatu adalah tidak kekal.
Sebaliknya, bila manusia mengalami keadaan yang tidak menyenangkan pada umumnya mereka akan kecewa, sedih dan beranggapan bahwa seakan-akan hidupnya tidak berarti lagi. Mereka tidak sanggup menerima beban yang amat berat itu. Mereka merasa bahwa penderitaan itu datang menimpanya terus menerus. Mereka menganggap bahwa penderitaan yang dialaminya itu tidak akan pernah berakhir. Mereka merintih dan meronta-ronta ingin mengakhiri penderitaan itu secepatnya, bahkan dengan cara yang justru kian memperburuk kondisi yang ada, seperti melakukan bunuh diri. Ini merupakan tindakan yang keliru.
I.PENDERITAAN KARUNI TUHAN
Mereka yang hanya memuja-Ku saja, tanpa memikirkan yang lainnya lagi, yang senantiasa penuh pengabdian, kepada mereka Ku bawakan segala apa yang mereka tidak punya dan Ku lindungi segala apa yang mereka miliki.
Berbahagialah dilahirkan menjadi manusia, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk walau hidup kita tidak makmur, hendaklah menjadikan kita berbesar hati. Sebab amat sulit dapat dilahirkan menjadi manusia, meski kelahiran hina sekalipun. Demikian wejangan yang disampaikan oleh Bhagawan Wararuci dalam kitab suci Sarasamuscaya.
Manusia tidak dapat lari dari kenyataan hidup yang penuh dengan perjuangan membangun cinta kasih dalam diri dan di tengah-tengah masyarakat. Tentu perjuangan ini tidak mudah, memerlukan pengorbanan terus-menerus baik pisik, materi bahkan psikis. Membina cinta kasih dengan sesama manusia dan kepada Tuhan sering lenyap dihanyutkan oleh berbagai kepentingan dan bersifat pamrih. Kita dapat melihat dalam dinamika kehidupan modern ini, ada sesuatu yang bergeser. Salah satu aspek yang bergeser adalah orientasi hidup manusia mencari "KETENANGAN JIWA" bergeser menjadi mencari "KESENANGAN DUNIAWI". Kesenangan duniawi itulah dianggap sebagai tujuan hidup (hedonisme) yang benar. Mencari senangan hidup tanpa kesadaran untuk membatasi diri akan menimbulkan penderitaan baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Hidup yang hanya mengejar kesenangan duniawi menyebabkan timbulnya gaya hidup biaya tinggi. Gaya hidup biaya tinggi melahirkan manusia sibuk mencari uang. Untuk dapat bersenang-senang membutuhkan uang yang banyak. Contoh : orang yang kecanduan Narkoba, kecanduan miras, kecanduan judi, kecanduan main perempuan, semua ini memerlukan uang yang tidak sedikit. Akibat pengaruh dari kecanduan ini segala cara pun dilakukan, yaitu mencopet, menipu, pemerasan, pengancaman, merampok, memperkosa dan membunuh. Sebagai terminal hasil perbuatannya itu menghuni rumah dengan tembok jeruji besi.
Kata kunci dalam menjalani dinamika hidup sebagai manusia ada empat. Pertama, apapun yang kita miliki dan seberapa pun kita mendapat reziki kita harus dapat mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, karena semuanya itu adalah titipan yang suatu saat akan meninggalkan kita. Kedua, Jadikanlah kitab suci Veda sebagai pedoman hidup untuk menuntun ke jalan yang diberkati. Ketiga, yang dapat menolong diri kita dari lembah penderitaan adalah diri kita sendiri, yaitu dengan semangat dan tekad yang kuat untuk menjadi manusia yang memiliki jati diri. Keempat, dekatkan diri pada Tuhan, agar segala ujian berat dapat kita lewati dengan hati yang lapang.
Tuhan telah berjanji "Mereka yang hanya memuja-Ku saja, tanpa memikirkan yang lainnya lagi, yang senantiasa penuh pengabdian, kepada mereka Ku bawakan segala apa yang mereka tidak punya dan Ku lindungi segala apa yang mereka miliki.
Memahami Sabda Tuhan ini hendaknya jangan sampai salah mengerti. Manusia tetap berusaha, dan berencana, hasilnya serahkan kepada Tuhan. Karunia Tuhan bukanlah berupa kenikmatan semata-mata. Penderitaan dan kesukaran pun merupakan karunia Tuhan. Tuhan tentunya maha tahu apa yang kita butuhkan. Karena tidak setiap penderitaan dan kesukaran itu merupakan hal yang negative. Banyak penderitaan yang menyebabkan orang bangkit, sadar dan tekun berpegang pada Dharma, akhirnya mereka sukses dalam hidup baik berupa berkecukupan sandang papan dan pangan. Kesadaran dan ketekunan adalah hal yang amat bernilai tinggi dan itu baru didapat setelah Tuhan memberikan penderitaan dan kesukaran hidup.
Rama sebagai putra mahkota kerajaan Ayodya dibuang di tengah hutan oleh ayahndanya, akibat niat jahat ibu tirinya, demikian pula Panca Pandawa dibuang ditengah hutan selama 12 tahun dan 1 tahun dalam penyamaran, karena keserakahan Korawa, hidup mereka penuh dengan penderitaan dan kesukaran. Arjuna salah satu Putra Pandu mendapat senjata-senjata sakti dari para dewa setelah melalui penderitaan yang luar biasa. Mereka tetap menjalani penderitaan dan kesukaran hidup dengan jiwa besar dan kesabaran serta senantiasa dekat dengan Tuhan.
Penderitaan dan kesukaran hidup yang dialami manusia memiliki dimensi yang luas. " Penderitaan dipandang sebagai penderitaan, maka " penderitaan " akan tetap sebagai penderitaan. Kalau " Penderitaan dipandang sebagai " karunia " Tuhan dan " ujian " bagi perjalanan hidup kita, maka penderitaan itu akan merupakan proses penguatan, peningkatan dan penyucian diri bagi manusia dalam pendakian spiritual menuju Brahman. Penderitaan harus dipandang sebagai proses kristalisasi jiwa menuju penglihatan di dalam diri. Penglihatan ke dalam diri akan membawa kemurnian jiwa tanpa selubung kegelapan hawa nafsu yang menggelora. Hanya jiwa yang murni akan dapat menjangkau kesucian Tuhan.
II.SEBAB PENDERITAAN DALAM HIDUP.
Tuhan telah berjanji didalam berbagai kitab suci bahwahsannya Bumi ini diciptakan untuk kemakmuran dan kebahagiaan “manusia”.
Namun kenyataannya sekarang banyak manusia hidupnya stress dan merasakan penuh penderitaan ,hidup terasa sebagai sebuah samudra duka yang tak bertepi.
Mengapa bisa begitu ?
Dalam aksara mandarin tulisan manusia adalah “ren” dibuat dari gambaran dua garis atas dan bawah yang saling menopang.
Yang melambangkan sebuah tubuh akan hidup dan menjadi manusia bila ia ditopang oleh jiwanya.
Jadi manusia artinya adalah sejenis makhluk yang selalu berbuat dengan cahaya jiwanya yang suci ,jiwa yang sempurna yang merupahkan sinar Tuhan dalam dirinya.
Namun dalam kenyataannya banyak orang tak layak di sebut sebagai manusia karena perbuatan dan sikap hidupnya tak mencerminkan ia hidup dengan topangan jiwa yang bersih.
Jadi inilah sebuah renungan kecil ,sudahkah kita menjadi manusia yang seutuhnya dan manusia yang sewajarnya?
Sudahkah kita layak di sebut manusia?
Yang bisa menjawab pertanyaan ini hanyalah kejujuran anda sendiri .
Kalau hidup kita masih dalam keresahan ,kepanikan ,ketakutan,kedengkiaan ,kemarahan dan belum bertemu yang namanya kebahagian dan kedamaian ,marilah kita tengok kedalam diri kita apakah tubuh kita bergerak dan berbuat sudah sesuai dengan kemurnian jiwa kita atau perbuatan kita hanya karena ego dan nafsu kita saja?
Apabila anda sudah damai berarti anda sudah menjadi manusia yang seutuhnya, kalau belum coba ditengok lagi dalam perenungan anda barangkali anda belum menjadi manusia seutuhnya.
Tulisan dari seseorang yang sedang mencoba menjadi “manusia biasa”
Manusia yang hidup di dunia ini selalu mengalami proses tumbuh dan berkembang. Mula-mula manusia dilahirkan sebagai bayi, kemudian tumbuh menjadi balita, anak-anak, remaja, dewasa, tua, adan akhirnya meninggal dunia. Menjadi tua adalah suatu proses kehidupan yang sangat alami; tak seorang pun dapat mencegah proses penuaan ini. Meninggal dunia juga merupakan suatu proses yang pasti akan dialami oleh semua manusia yang dilahirkan; tak seorang pun dapat menghindar dari kematian. Tidak ada kematian bagi manusia yang telah lahir adalah sesuatu yang tidak mungkin, karena manusia yang dilahirkan pasti akan mengalami kematian.
Dalam kitab suci Dhammapada Bab X ayat 135, Sang Buddha bersabda, “ Bagaikan seorang penggembala menghalau sapi-sapinya dengan tongkat ke padang rumput, begitu juga umur tua dan kematian menghalau kehidupan makhluk-makhluk.”
Ya….semuanya berjalan dari kelahiran menuju kematian. Semuanya mengalami proses perubahan yang terus menerus. Setiap hari rupa atau jasmani manusia selalu mengalami proses perubahan yang tiada henti-hentinya. Dalam jasmani manusia tidak ada sesuatu yang tetap atau kekal. Demikian pula dengan nama atau batin manusia yang selalu mengalami ketidakkekalan atau anicca. Batin manusia yang terdiri atas perasaan (vedana), pencerapan (sanna), bentuk-bentuk pikiran (sankhara). Dan kesadaran (vinnana) itu selalu berubah-ubah.
Kedaan yang dialami oleh manusia juga berubah-ubah. Keberhasilan dan kegagalan, untung dan rugi, kemasyhuran dan nama buruk, penghormatan dan penghinaan, pujian dan celaan, kepuasan dan kekecewaan, suka dan duka silih berganti mencengkeram kehidupan manusia. Suatu waktu manusia mengalami keadaan yang menyenangkan, seperti untung, termasyhur, dipuji atau suka. Namun, pada waktu lain manusia mengalami keadaan yang tidak menyenangkan, seperti rugi, nama, buruk, dicela, atau duka.
Pada umumnya manusia merasa gembira bila mengalami keadaan yang menyenangkan. Kadang-kadang di antara mereka ada yang lupa diri dan menganggap bahwa keadaan itu akan berlangsung terus. Pada umumnya manusia ingin sehat terus menerus, makan enak teru-menerus, untung terus menerus, memiliki harta terus menerus, dipuji terus menerus, anak-anak baik terus menerus, suami atau istri setia terus menerus, bahkan hidupnya juga ingin terus menerus. Namun, itu adalah tidak mungkin karena segala sesuatu adalah tidak kekal.
Sebaliknya, bila manusia mengalami keadaan yang tidak menyenangkan pada umumnya mereka akan kecewa, sedih dan beranggapan bahwa seakan-akan hidupnya tidak berarti lagi. Mereka tidak sanggup menerima beban yang amat berat itu. Mereka merasa bahwa penderitaan itu datang menimpanya terus menerus. Mereka menganggap bahwa penderitaan yang dialaminya itu tidak akan pernah berakhir. Mereka merintih dan meronta-ronta ingin mengakhiri penderitaan itu secepatnya, bahkan dengan cara yang justru kian memperburuk kondisi yang ada, seperti melakukan bunuh diri. Ini merupakan tindakan yang keliru.
I.PENDERITAAN KARUNI TUHAN
Mereka yang hanya memuja-Ku saja, tanpa memikirkan yang lainnya lagi, yang senantiasa penuh pengabdian, kepada mereka Ku bawakan segala apa yang mereka tidak punya dan Ku lindungi segala apa yang mereka miliki.
Berbahagialah dilahirkan menjadi manusia, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk walau hidup kita tidak makmur, hendaklah menjadikan kita berbesar hati. Sebab amat sulit dapat dilahirkan menjadi manusia, meski kelahiran hina sekalipun. Demikian wejangan yang disampaikan oleh Bhagawan Wararuci dalam kitab suci Sarasamuscaya.
Manusia tidak dapat lari dari kenyataan hidup yang penuh dengan perjuangan membangun cinta kasih dalam diri dan di tengah-tengah masyarakat. Tentu perjuangan ini tidak mudah, memerlukan pengorbanan terus-menerus baik pisik, materi bahkan psikis. Membina cinta kasih dengan sesama manusia dan kepada Tuhan sering lenyap dihanyutkan oleh berbagai kepentingan dan bersifat pamrih. Kita dapat melihat dalam dinamika kehidupan modern ini, ada sesuatu yang bergeser. Salah satu aspek yang bergeser adalah orientasi hidup manusia mencari "KETENANGAN JIWA" bergeser menjadi mencari "KESENANGAN DUNIAWI". Kesenangan duniawi itulah dianggap sebagai tujuan hidup (hedonisme) yang benar. Mencari senangan hidup tanpa kesadaran untuk membatasi diri akan menimbulkan penderitaan baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Hidup yang hanya mengejar kesenangan duniawi menyebabkan timbulnya gaya hidup biaya tinggi. Gaya hidup biaya tinggi melahirkan manusia sibuk mencari uang. Untuk dapat bersenang-senang membutuhkan uang yang banyak. Contoh : orang yang kecanduan Narkoba, kecanduan miras, kecanduan judi, kecanduan main perempuan, semua ini memerlukan uang yang tidak sedikit. Akibat pengaruh dari kecanduan ini segala cara pun dilakukan, yaitu mencopet, menipu, pemerasan, pengancaman, merampok, memperkosa dan membunuh. Sebagai terminal hasil perbuatannya itu menghuni rumah dengan tembok jeruji besi.
Kata kunci dalam menjalani dinamika hidup sebagai manusia ada empat. Pertama, apapun yang kita miliki dan seberapa pun kita mendapat reziki kita harus dapat mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, karena semuanya itu adalah titipan yang suatu saat akan meninggalkan kita. Kedua, Jadikanlah kitab suci Veda sebagai pedoman hidup untuk menuntun ke jalan yang diberkati. Ketiga, yang dapat menolong diri kita dari lembah penderitaan adalah diri kita sendiri, yaitu dengan semangat dan tekad yang kuat untuk menjadi manusia yang memiliki jati diri. Keempat, dekatkan diri pada Tuhan, agar segala ujian berat dapat kita lewati dengan hati yang lapang.
Tuhan telah berjanji "Mereka yang hanya memuja-Ku saja, tanpa memikirkan yang lainnya lagi, yang senantiasa penuh pengabdian, kepada mereka Ku bawakan segala apa yang mereka tidak punya dan Ku lindungi segala apa yang mereka miliki.
Memahami Sabda Tuhan ini hendaknya jangan sampai salah mengerti. Manusia tetap berusaha, dan berencana, hasilnya serahkan kepada Tuhan. Karunia Tuhan bukanlah berupa kenikmatan semata-mata. Penderitaan dan kesukaran pun merupakan karunia Tuhan. Tuhan tentunya maha tahu apa yang kita butuhkan. Karena tidak setiap penderitaan dan kesukaran itu merupakan hal yang negative. Banyak penderitaan yang menyebabkan orang bangkit, sadar dan tekun berpegang pada Dharma, akhirnya mereka sukses dalam hidup baik berupa berkecukupan sandang papan dan pangan. Kesadaran dan ketekunan adalah hal yang amat bernilai tinggi dan itu baru didapat setelah Tuhan memberikan penderitaan dan kesukaran hidup.
Rama sebagai putra mahkota kerajaan Ayodya dibuang di tengah hutan oleh ayahndanya, akibat niat jahat ibu tirinya, demikian pula Panca Pandawa dibuang ditengah hutan selama 12 tahun dan 1 tahun dalam penyamaran, karena keserakahan Korawa, hidup mereka penuh dengan penderitaan dan kesukaran. Arjuna salah satu Putra Pandu mendapat senjata-senjata sakti dari para dewa setelah melalui penderitaan yang luar biasa. Mereka tetap menjalani penderitaan dan kesukaran hidup dengan jiwa besar dan kesabaran serta senantiasa dekat dengan Tuhan.
Penderitaan dan kesukaran hidup yang dialami manusia memiliki dimensi yang luas. " Penderitaan dipandang sebagai penderitaan, maka " penderitaan " akan tetap sebagai penderitaan. Kalau " Penderitaan dipandang sebagai " karunia " Tuhan dan " ujian " bagi perjalanan hidup kita, maka penderitaan itu akan merupakan proses penguatan, peningkatan dan penyucian diri bagi manusia dalam pendakian spiritual menuju Brahman. Penderitaan harus dipandang sebagai proses kristalisasi jiwa menuju penglihatan di dalam diri. Penglihatan ke dalam diri akan membawa kemurnian jiwa tanpa selubung kegelapan hawa nafsu yang menggelora. Hanya jiwa yang murni akan dapat menjangkau kesucian Tuhan.
II.SEBAB PENDERITAAN DALAM HIDUP.
Tuhan telah berjanji didalam berbagai kitab suci bahwahsannya Bumi ini diciptakan untuk kemakmuran dan kebahagiaan “manusia”.
Namun kenyataannya sekarang banyak manusia hidupnya stress dan merasakan penuh penderitaan ,hidup terasa sebagai sebuah samudra duka yang tak bertepi.
Mengapa bisa begitu ?
Dalam aksara mandarin tulisan manusia adalah “ren” dibuat dari gambaran dua garis atas dan bawah yang saling menopang.
Yang melambangkan sebuah tubuh akan hidup dan menjadi manusia bila ia ditopang oleh jiwanya.
Jadi manusia artinya adalah sejenis makhluk yang selalu berbuat dengan cahaya jiwanya yang suci ,jiwa yang sempurna yang merupahkan sinar Tuhan dalam dirinya.
Namun dalam kenyataannya banyak orang tak layak di sebut sebagai manusia karena perbuatan dan sikap hidupnya tak mencerminkan ia hidup dengan topangan jiwa yang bersih.
Jadi inilah sebuah renungan kecil ,sudahkah kita menjadi manusia yang seutuhnya dan manusia yang sewajarnya?
Sudahkah kita layak di sebut manusia?
Yang bisa menjawab pertanyaan ini hanyalah kejujuran anda sendiri .
Kalau hidup kita masih dalam keresahan ,kepanikan ,ketakutan,kedengkiaan ,kemarahan dan belum bertemu yang namanya kebahagian dan kedamaian ,marilah kita tengok kedalam diri kita apakah tubuh kita bergerak dan berbuat sudah sesuai dengan kemurnian jiwa kita atau perbuatan kita hanya karena ego dan nafsu kita saja?
Apabila anda sudah damai berarti anda sudah menjadi manusia yang seutuhnya, kalau belum coba ditengok lagi dalam perenungan anda barangkali anda belum menjadi manusia seutuhnya.
Tulisan dari seseorang yang sedang mencoba menjadi “manusia biasa”
Selasa, 06 April 2010
MANUSIA dan KEINDAHAN
I. SIMBOL sangat PENTING dalam KEHIDUPAN MANUSIA
Dalam setiap jalan spiritual kita akan jumpai tiga hal; filsafat, mitologi dan ritual. Filsafat adalah inti dari setiap jalan spritual. Mitologi menjelaskan spiritual melalui kisah/legenda tokoh-tokoh besar. Ritual adalah aktivitas atau karma dari spiritual itu sendiri. Ritual adalah sangat penting dalam setiap jalan spiritual.
Spritual adalah sesuatu yang abstrak, kenyataan sebagian besar dari kita sulit memahami segala sesuatu yang bersifat abstrak sampai kita bertumbuh menjadi lebih spiritual. Mudah bagi kita untuk memahami sesuatu ide tetapi ketika mengimplementasikannya suatu ide yang bersifat abstrak pada langkah yang nyata alamak… alangkah sulitnya. Oleh karenanya simbol-simbol adalah sebuah pertolongan luar biasa dalam hidup ini yang membantu kita memahami sesuatu yang abstrak.
Simbol-simbol telah digunakan oleh semua jalan spiritual dari jaman ke jaman. Kata-kata adalah simbol dari pikiran. Huruf-huruf yang kita gunakan untuk menyusun kata-kata dan kalimat sejatinya adalah sebuah simbol pula. Kalo boleh disimpulkan segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah simbol.
Ketika pertamakali kita belajar menghitung, sangat sulit mengerti proses penjumlahan dan pengurangan, apalagi pembagian dan perkalian. Biasanya guru yang kreatif akan mengajarkan kita menggunakan gambar-gambar tertentu yang akrab dengan kehidupan kita dan mudah dipahami. Gambar-gambar inipun adalah juga sebuah simbol.
Suatu bangsa, Negara, perusahaan atau organisasi; biasanya terdiri dari berbagai macam perbedaan di dalamnya misalnya;suku, ras, bahasa, budaya, untuk mengenalinya sangat sulit oleh karena itu diperlukan suatu identitas dengan menghadirkan lambang/simbol organisasi. Timbullah kemudian bendera, logo, seragam/uniform yang bisa kita gunakan untuk mengidentifikasikan sesuatu yang bersifat abstrak dan sesuatu yang bersifat jamak.
Demikian pula saat kita belajar ilmu pengetahuan, para ilmuan merumuskan sesuatu yang abstrak menjadi sebuah formula yang terdiri dari simbol-simbol yang mewakili suatu variable ataupun konstanta tertentu. Misalnya F sebagai simbol dari gaya, m simbol dari massa, g adalah simbol dari gravitasi.
Dalam lalu lintas atau transportasi, warna merah, kuning dan hijau juga digunakan sebagai simbol untuk mewakili keadaan tertentu yang patut kita patuhi, merah untuk berhenti, kuning untuk hati-hati, dan hijau untuk jalan terus.
Oleh karenanya dalam belajar spiritual yang sejatinya memahami suatu kekuatan yang maha agung yang menciptakan segala yang ada, yang memelihara segala yang ada pun yang mengembalikan segala sesuatu yang ada diperlukanlah sebuah simbol yang dalam bahasa saskerta disebut rupa dan nama. Hadirlah kemudian nama; Tuhan, God, Allah, Hyang Widdhi, Hyang Sangkan Paraning Dumadi, Hyang Embang, dll.
Beliau yang maha segala-galanya, tidak mampu dijangkau oleh logika manusia, oleh karenanya dihadirkanlah simbol simbol tertentu untuk membantu memahami-Nya. Seperti bendera merah putih sebagai bendera bangsa Indonesia. Bukanlah warna itu yang mendeskripsikan Indonesia secara menyeluruh, dua warna itu hanyalah sebagai identitas dari negeri tercinta ini yang menjiwai semangat bahwa; merah = berani, putih berarti suci. Kita tidak takut melangkah di jalan yang benar, di jalan yang suci. Kita berani melangkah karena tahu bahwa yang kita lakukan itu benar dan suci dan sebaliknya.
Seorang prajurit atau polisi memerlukan sebuah boneka sebagai sasaran dalam berlatih menembak atau memanah. Tujuannya agar dia mampu mengkonsentrasikan pikirannya pada satu sasaran tembak, sehingga nantinya dia mampu menembak musuh atau penjahat pada tempat atau sasaran yang tepat, misalnya menembak kakinya, menembak tangannya tanpa harus membunuhnya.
Dalam bersembahyang mengkonsentrasikan pikiran kepada kekuatan yang maha agung yang kemudian disebut orang dengan nama Tuhan, Allah, Hyang Widdhi ataupun God. Tidaklah mudah sehingga kemudian orang menggunakan simbol sebagai sarana untuk memudahkan menkonsentrasikan pikiran. Sebagian orang menyebutkan nama-nama Tuhan dalam aktivitas sepritualnya sehingga mampu menghadirkan kedamaian, mampu mengkonsentrasikan pikirannya yang terbang ke sana kemari. Sebagian orang menggunakan rupa tertentu sebagai sarana untuk memudahkan mengkonsentrasikan pikirannya.
Namun bila mereka yang kerap menggunakan nama dan rupa ini kemudian menganggap bahwa nama dan rupa itu adalah Tuhan itu sendiri. Nah inilah yang kemudian menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam aktivitas spritualnya. Misalnya dia menganggap bahwa batu itu Tuhan, Kayu itu Tuhan, Lukisan itu Tuhan, dan lain sebagainya. Kayu, Batu digunakan untuk melukiskan suatu bentuk kekuatan Tuhan yang diwujudkan dalam bentuk patung sebagai objek dari konsentrasi.
Pikiran manusia biasa kontak dengan alam nyata, membawa dia langsung menuju alam abstrak tidaklah mudah, memang ada beberapa orang yang mampu melakukannya, namun senyatanya kebanyakan dari kita sangat sulit langsung menuju kepada hal yang abstrak itu. Oleh karenanya untuk memudahkan mengkonsentrasikan pikiran maka kita memerlukan kehadiran dari simbol-simbol itu. Gambar apel yang digunakan oleh guru-guru matematika dalam mengajarkan proses penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian atau perpangkatan. Gambar orang yang digunakan oleh polisi atau prajurit untuk menjadi sasaran tembak dalam berlatih. Huruf-huruf tertentu seperti E, F, m, a, g, h, dan lainnya digunakan untuk mewakili energi, gaya, massa, percepatan gravitasi, ketinggian, dalam belajar ilmu fisika.
Demikian pula dalam aktivitas spiritual, patung-patung, lukisan-lukisan, pratima-pratima, dan rupa-rupa yang lain dihadirkan untuk membantu manusia mengarahkan dan mengkonsentrasikan pikiran menuju pada kekuatan yang tak mampu dijangkau oleh pikiran yang menciptakan, memelihara dan mengembalikan kembali segala yang ada di alam samesta ini.
II. TINGKATAN KEHIDUPAN yang PENUH dengan KEINDAHAN dan KEBAHAGIAAN
Untuk mencapai tingkatan kehidupan yang penuh keindahan dan kebahagiaan, seseorang harus melalui 5 lima buah 'pintu' yang menuju ke tempat tersebut.
Pintu pertama adalah stop comparing, start flowing. "Stop membanding dengan yang lain. Seorang ayah atau ibu belajar untuk tidak membandingkan anak dengan yang lain. Karena setiap pembandingan akan membuat anak-anak mencari kebahagiaan di luar," ujar Gede Prama.
Setiap penderitaan hidup manusia, setiap bentuk ketidakindahan, menurut Gede Prama, dimulai dari membandingkan. Presiden Direktur Dynamics Consulting ini kemudian mencontohkan Michael Jackson, sebagai orang yang sering kali membandingkan dirinya dengan orang lain. "Uangnya banyak, mampu mengongkosi hobinya untuk operasi plastik. Sehingga orang yang hidup dari satu perbandingan ke perbandingan lain, maka hidupnya kurang lebih sama dengan seorang Michael Jackson. Leads you nowhere," kata Gede Prama dengan logatnya yang khas.
Karena itu, Gede Prama mengajak peserta ke sebuah titik, mengalir (flowing) menuju ke kehidupan yang paling indah di dunia, yaitu menjadi diri sendiri. Apa yang disebut flowing ini sesungguhnya sederhana saja. Kita akan menemukan yang terbaik dari diri kita, ketika kita mulai belajar menerimanya. Sehingga kepercayaan diri juga dapat muncul. Kepercayaan diri ini berkaitan dengan keyakinan-keyakinan yang kita bangun dari dalam. "Tidak ada kehidupan yang paling indah dengan menjadi diri sendiri. Itulah keindahan yang sebenar-benarnya !" seru pengagum Kahlil Gibran dan Jalalluddin Rumi ini.
Pintu kedua menuju keindahan dan kebahagiaan adalah memberi. Sebab utama kita berada di bumi ini, kata Gede Prama, adalah untuk memberi. "Kalau masih ragu dengan kegiatan memberi, artinya kita harus memberi lebih banyak," ujar pemilik gelar MBA dan MA di bidang perilaku organisasi ini. "Saya melihat ada 3 tangga emas kehidupan. I intend good, I do good and I am good. Saya berniat baik, saya melakukan hal yang baik kemudian saya menjadi orang baik. Yang baik-baik itu bisa kita lakukan, bila kita konsentrasi pada hal memberi," lanjut Gede Prama lagi.
Memberi tidak harus selalu dalam bentuk materi. Pemberian dapat berbentuk senyum, pelukan, perhatian, dan setiap manusia yang sudah rajin memberi, dia akan memasuki wilayah beauty and happiness. "Saya sering bertemu dengan orang-orang kaya. Ada yang suka memberi, ada yang pelit. Saya melihat orang yang tidak suka memberi muka orang itu keringnya minta ampun. Orang yang mukanya kering ini bertanya pada saya, apa rahasia kehidupan yang paling penting yang bisa saya bagi ke saya. Saya bilang : sleep well, eat well," ungkap Gede Prama sambil tersenyum.
Artinya memang, untuk ongkos untuk menjadi bahagia tidak mahal. Hanya saja orang sering kali memperumit hal yang sudah rumit. Kalau kita sederhanakan, sleep well, eat well akan jadi mudah jika diikuti dengan kegiatan memberi. "Tak perlu khawatir, setiap pemberian itu ada yang mencatat. Jika atasan Anda di kantor tidak mencatat pemberian Anda, ada 'Atasan Tertinggi' yang mencatatnya. Mirip dengan petani, orang-orang yang suka memberi akan memanen hasil-hasil yang tidak diharapkan," tutur Gede Prama.
Cahaya Di Dalam
Pintu ketiga untuk menuju keindahan dan kebahagiaan adalah berawal dari semakin gelap hidup Anda, semakin terang cahaya Anda di dalam. Perhatikanlah bintang di malam hari tampak bercahaya, jika langitnya gelap. Sedangkan, lilin di sebuah ruangan akan bercahaya bagus, jika ruangannya gelap. Artinya, semakin Anda berhadapan dengan masalah dan cobaan dalam hidup, semakin bercahaya Anda dari dalam. "Jika Anda punya suami yang keras dan marah-marah, jangan lupa mengucapkan terima kasih pada Tuhan. Karena suami yang keras dan marah-marah, diciptakan untuk Anda, membuat sinar dari dalam diri Anda bercahaya. Anda punya istri cerewetnya minta ampun. Ucapkan terima kasih pada Tuhan, karena orang cerewet adalah guru kehidupan terbaik. Paling tidak dari orang cerewet kita belajar tentang kesabaran. Jika Anda punya atasan diktatornya minta ampun, itu sengaja ada yang kirim. Agar Anda belajar tentang kebijaksanaan," ujar Gede Prama membesarkan hati.
Orang yang pada akhirnya menemukan keindahan dan kebahagiaan, menurut Gede Prama, biasanya telah lulus dari universitas kesulitan. Semakin banyak kesulitan hidup yang kita hadapi, semakin diri kita bercahaya dari dalam. Mengutip perkataan Jamaluddin Rumi, semuanya dikirim sebagai pembimbing kehidupan dari sebuah tempat yang tidak terbayangkan. "Tidak hanya orang cantik saja yang berguna, orang jelek juga berguna. Gunanya adalah karena orang jelek, orang cantik terlihat jadi tambah cantik," kata Gede Prama disambut tawa peserta. "Jadi semuanya ada gunanya, untuk menghidupkan cahaya-cahaya beauty and happiness," tegasnya.
Pintu keempat adalah surga bukanlah sebuah tempat, melainkan adalah rangkaian sikap. "Bila Anda melihat hidup penuh dengan kesusahan dan godaan, maka neraka tidak ketemu setelah mati. Neraka sudah ketemu sekarang," ujar Gede Prama. Sedangkan Anda akan bertemu surga, jika hasil dari rangkaian sikap Anda benar. Sikap ini dimulai dari berhenti mengkhawatirkan segala sesuatunya, dan coba yakinkan diri bahwa everything will be allright.
Setiap kali kita beribadah, berdoa dan memuja Tuhan, tetapi setiap kali pula kita merasa takut. Padahal ketakutan adalah sebentuk ketidakyakinan terhadap Tuhan. "Kalau Anda berdoa tapi masih takut, mending jangan berdoa karena tidak yakin. Lebih baik Anda yakin, hidup ini berjalan sempurna, doanya pas-pasan tapi Anda yakin jauh lebih baik," kata Gede Prama. "Segala sesuatunya menjadi baik-baik saja jika Anda mencintai yang kecil," tegasnya.
Pintu kelima menuju keindahan dan kebahagiaan yakni tahu diri kita dan kita tahu kehidupan. Gede Prama bercerita tentang Ada cerita tentang kumpulan binatang yang hendak bikin sekolah karena mereka tidak mau kalah dengan manusia. Semua binatang mengikuti kursus berlari, berenang dam terbang. Tetapi 11 tahun kemudian, binatang-bintang tersebut merasa lelah sekali. Burung tetap hanya bisa terbang, ikan tetap hanya bisa berenang, dan serigala tetap hanya bisa berlari. Akhirnya mereka sampai pada sebuah kesimpulan, bahwa mereka harus tahu diri. Ikan mesti tahu diri hanya bisa berenang, burung mesti tahu diri hanya bisa terbang sedangkan serigala harus tahu diri hanya bisa berlari. Sehingga, seperti hewan-hewan tersebut, manusia-manusia yang tidak tahu diri adalah manusia yang tidak pernah ketemu keindahan dan kebahagiaan.
"Sumur kehidupan yang tidak pernah kering berada di dalam. Sumur ini hanya kita temukan dan kita timba airnya kalau kita bisa mengetahui diri kita sendiri," kata Gede Prama. Seandainya diri sendiri telah ditemukan, maka artinya kita kemudian mengetahui kehidupan.
Dalam setiap jalan spiritual kita akan jumpai tiga hal; filsafat, mitologi dan ritual. Filsafat adalah inti dari setiap jalan spritual. Mitologi menjelaskan spiritual melalui kisah/legenda tokoh-tokoh besar. Ritual adalah aktivitas atau karma dari spiritual itu sendiri. Ritual adalah sangat penting dalam setiap jalan spiritual.
Spritual adalah sesuatu yang abstrak, kenyataan sebagian besar dari kita sulit memahami segala sesuatu yang bersifat abstrak sampai kita bertumbuh menjadi lebih spiritual. Mudah bagi kita untuk memahami sesuatu ide tetapi ketika mengimplementasikannya suatu ide yang bersifat abstrak pada langkah yang nyata alamak… alangkah sulitnya. Oleh karenanya simbol-simbol adalah sebuah pertolongan luar biasa dalam hidup ini yang membantu kita memahami sesuatu yang abstrak.
Simbol-simbol telah digunakan oleh semua jalan spiritual dari jaman ke jaman. Kata-kata adalah simbol dari pikiran. Huruf-huruf yang kita gunakan untuk menyusun kata-kata dan kalimat sejatinya adalah sebuah simbol pula. Kalo boleh disimpulkan segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah simbol.
Ketika pertamakali kita belajar menghitung, sangat sulit mengerti proses penjumlahan dan pengurangan, apalagi pembagian dan perkalian. Biasanya guru yang kreatif akan mengajarkan kita menggunakan gambar-gambar tertentu yang akrab dengan kehidupan kita dan mudah dipahami. Gambar-gambar inipun adalah juga sebuah simbol.
Suatu bangsa, Negara, perusahaan atau organisasi; biasanya terdiri dari berbagai macam perbedaan di dalamnya misalnya;suku, ras, bahasa, budaya, untuk mengenalinya sangat sulit oleh karena itu diperlukan suatu identitas dengan menghadirkan lambang/simbol organisasi. Timbullah kemudian bendera, logo, seragam/uniform yang bisa kita gunakan untuk mengidentifikasikan sesuatu yang bersifat abstrak dan sesuatu yang bersifat jamak.
Demikian pula saat kita belajar ilmu pengetahuan, para ilmuan merumuskan sesuatu yang abstrak menjadi sebuah formula yang terdiri dari simbol-simbol yang mewakili suatu variable ataupun konstanta tertentu. Misalnya F sebagai simbol dari gaya, m simbol dari massa, g adalah simbol dari gravitasi.
Dalam lalu lintas atau transportasi, warna merah, kuning dan hijau juga digunakan sebagai simbol untuk mewakili keadaan tertentu yang patut kita patuhi, merah untuk berhenti, kuning untuk hati-hati, dan hijau untuk jalan terus.
Oleh karenanya dalam belajar spiritual yang sejatinya memahami suatu kekuatan yang maha agung yang menciptakan segala yang ada, yang memelihara segala yang ada pun yang mengembalikan segala sesuatu yang ada diperlukanlah sebuah simbol yang dalam bahasa saskerta disebut rupa dan nama. Hadirlah kemudian nama; Tuhan, God, Allah, Hyang Widdhi, Hyang Sangkan Paraning Dumadi, Hyang Embang, dll.
Beliau yang maha segala-galanya, tidak mampu dijangkau oleh logika manusia, oleh karenanya dihadirkanlah simbol simbol tertentu untuk membantu memahami-Nya. Seperti bendera merah putih sebagai bendera bangsa Indonesia. Bukanlah warna itu yang mendeskripsikan Indonesia secara menyeluruh, dua warna itu hanyalah sebagai identitas dari negeri tercinta ini yang menjiwai semangat bahwa; merah = berani, putih berarti suci. Kita tidak takut melangkah di jalan yang benar, di jalan yang suci. Kita berani melangkah karena tahu bahwa yang kita lakukan itu benar dan suci dan sebaliknya.
Seorang prajurit atau polisi memerlukan sebuah boneka sebagai sasaran dalam berlatih menembak atau memanah. Tujuannya agar dia mampu mengkonsentrasikan pikirannya pada satu sasaran tembak, sehingga nantinya dia mampu menembak musuh atau penjahat pada tempat atau sasaran yang tepat, misalnya menembak kakinya, menembak tangannya tanpa harus membunuhnya.
Dalam bersembahyang mengkonsentrasikan pikiran kepada kekuatan yang maha agung yang kemudian disebut orang dengan nama Tuhan, Allah, Hyang Widdhi ataupun God. Tidaklah mudah sehingga kemudian orang menggunakan simbol sebagai sarana untuk memudahkan menkonsentrasikan pikiran. Sebagian orang menyebutkan nama-nama Tuhan dalam aktivitas sepritualnya sehingga mampu menghadirkan kedamaian, mampu mengkonsentrasikan pikirannya yang terbang ke sana kemari. Sebagian orang menggunakan rupa tertentu sebagai sarana untuk memudahkan mengkonsentrasikan pikirannya.
Namun bila mereka yang kerap menggunakan nama dan rupa ini kemudian menganggap bahwa nama dan rupa itu adalah Tuhan itu sendiri. Nah inilah yang kemudian menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam aktivitas spritualnya. Misalnya dia menganggap bahwa batu itu Tuhan, Kayu itu Tuhan, Lukisan itu Tuhan, dan lain sebagainya. Kayu, Batu digunakan untuk melukiskan suatu bentuk kekuatan Tuhan yang diwujudkan dalam bentuk patung sebagai objek dari konsentrasi.
Pikiran manusia biasa kontak dengan alam nyata, membawa dia langsung menuju alam abstrak tidaklah mudah, memang ada beberapa orang yang mampu melakukannya, namun senyatanya kebanyakan dari kita sangat sulit langsung menuju kepada hal yang abstrak itu. Oleh karenanya untuk memudahkan mengkonsentrasikan pikiran maka kita memerlukan kehadiran dari simbol-simbol itu. Gambar apel yang digunakan oleh guru-guru matematika dalam mengajarkan proses penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian atau perpangkatan. Gambar orang yang digunakan oleh polisi atau prajurit untuk menjadi sasaran tembak dalam berlatih. Huruf-huruf tertentu seperti E, F, m, a, g, h, dan lainnya digunakan untuk mewakili energi, gaya, massa, percepatan gravitasi, ketinggian, dalam belajar ilmu fisika.
Demikian pula dalam aktivitas spiritual, patung-patung, lukisan-lukisan, pratima-pratima, dan rupa-rupa yang lain dihadirkan untuk membantu manusia mengarahkan dan mengkonsentrasikan pikiran menuju pada kekuatan yang tak mampu dijangkau oleh pikiran yang menciptakan, memelihara dan mengembalikan kembali segala yang ada di alam samesta ini.
II. TINGKATAN KEHIDUPAN yang PENUH dengan KEINDAHAN dan KEBAHAGIAAN
Untuk mencapai tingkatan kehidupan yang penuh keindahan dan kebahagiaan, seseorang harus melalui 5 lima buah 'pintu' yang menuju ke tempat tersebut.
Pintu pertama adalah stop comparing, start flowing. "Stop membanding dengan yang lain. Seorang ayah atau ibu belajar untuk tidak membandingkan anak dengan yang lain. Karena setiap pembandingan akan membuat anak-anak mencari kebahagiaan di luar," ujar Gede Prama.
Setiap penderitaan hidup manusia, setiap bentuk ketidakindahan, menurut Gede Prama, dimulai dari membandingkan. Presiden Direktur Dynamics Consulting ini kemudian mencontohkan Michael Jackson, sebagai orang yang sering kali membandingkan dirinya dengan orang lain. "Uangnya banyak, mampu mengongkosi hobinya untuk operasi plastik. Sehingga orang yang hidup dari satu perbandingan ke perbandingan lain, maka hidupnya kurang lebih sama dengan seorang Michael Jackson. Leads you nowhere," kata Gede Prama dengan logatnya yang khas.
Karena itu, Gede Prama mengajak peserta ke sebuah titik, mengalir (flowing) menuju ke kehidupan yang paling indah di dunia, yaitu menjadi diri sendiri. Apa yang disebut flowing ini sesungguhnya sederhana saja. Kita akan menemukan yang terbaik dari diri kita, ketika kita mulai belajar menerimanya. Sehingga kepercayaan diri juga dapat muncul. Kepercayaan diri ini berkaitan dengan keyakinan-keyakinan yang kita bangun dari dalam. "Tidak ada kehidupan yang paling indah dengan menjadi diri sendiri. Itulah keindahan yang sebenar-benarnya !" seru pengagum Kahlil Gibran dan Jalalluddin Rumi ini.
Pintu kedua menuju keindahan dan kebahagiaan adalah memberi. Sebab utama kita berada di bumi ini, kata Gede Prama, adalah untuk memberi. "Kalau masih ragu dengan kegiatan memberi, artinya kita harus memberi lebih banyak," ujar pemilik gelar MBA dan MA di bidang perilaku organisasi ini. "Saya melihat ada 3 tangga emas kehidupan. I intend good, I do good and I am good. Saya berniat baik, saya melakukan hal yang baik kemudian saya menjadi orang baik. Yang baik-baik itu bisa kita lakukan, bila kita konsentrasi pada hal memberi," lanjut Gede Prama lagi.
Memberi tidak harus selalu dalam bentuk materi. Pemberian dapat berbentuk senyum, pelukan, perhatian, dan setiap manusia yang sudah rajin memberi, dia akan memasuki wilayah beauty and happiness. "Saya sering bertemu dengan orang-orang kaya. Ada yang suka memberi, ada yang pelit. Saya melihat orang yang tidak suka memberi muka orang itu keringnya minta ampun. Orang yang mukanya kering ini bertanya pada saya, apa rahasia kehidupan yang paling penting yang bisa saya bagi ke saya. Saya bilang : sleep well, eat well," ungkap Gede Prama sambil tersenyum.
Artinya memang, untuk ongkos untuk menjadi bahagia tidak mahal. Hanya saja orang sering kali memperumit hal yang sudah rumit. Kalau kita sederhanakan, sleep well, eat well akan jadi mudah jika diikuti dengan kegiatan memberi. "Tak perlu khawatir, setiap pemberian itu ada yang mencatat. Jika atasan Anda di kantor tidak mencatat pemberian Anda, ada 'Atasan Tertinggi' yang mencatatnya. Mirip dengan petani, orang-orang yang suka memberi akan memanen hasil-hasil yang tidak diharapkan," tutur Gede Prama.
Cahaya Di Dalam
Pintu ketiga untuk menuju keindahan dan kebahagiaan adalah berawal dari semakin gelap hidup Anda, semakin terang cahaya Anda di dalam. Perhatikanlah bintang di malam hari tampak bercahaya, jika langitnya gelap. Sedangkan, lilin di sebuah ruangan akan bercahaya bagus, jika ruangannya gelap. Artinya, semakin Anda berhadapan dengan masalah dan cobaan dalam hidup, semakin bercahaya Anda dari dalam. "Jika Anda punya suami yang keras dan marah-marah, jangan lupa mengucapkan terima kasih pada Tuhan. Karena suami yang keras dan marah-marah, diciptakan untuk Anda, membuat sinar dari dalam diri Anda bercahaya. Anda punya istri cerewetnya minta ampun. Ucapkan terima kasih pada Tuhan, karena orang cerewet adalah guru kehidupan terbaik. Paling tidak dari orang cerewet kita belajar tentang kesabaran. Jika Anda punya atasan diktatornya minta ampun, itu sengaja ada yang kirim. Agar Anda belajar tentang kebijaksanaan," ujar Gede Prama membesarkan hati.
Orang yang pada akhirnya menemukan keindahan dan kebahagiaan, menurut Gede Prama, biasanya telah lulus dari universitas kesulitan. Semakin banyak kesulitan hidup yang kita hadapi, semakin diri kita bercahaya dari dalam. Mengutip perkataan Jamaluddin Rumi, semuanya dikirim sebagai pembimbing kehidupan dari sebuah tempat yang tidak terbayangkan. "Tidak hanya orang cantik saja yang berguna, orang jelek juga berguna. Gunanya adalah karena orang jelek, orang cantik terlihat jadi tambah cantik," kata Gede Prama disambut tawa peserta. "Jadi semuanya ada gunanya, untuk menghidupkan cahaya-cahaya beauty and happiness," tegasnya.
Pintu keempat adalah surga bukanlah sebuah tempat, melainkan adalah rangkaian sikap. "Bila Anda melihat hidup penuh dengan kesusahan dan godaan, maka neraka tidak ketemu setelah mati. Neraka sudah ketemu sekarang," ujar Gede Prama. Sedangkan Anda akan bertemu surga, jika hasil dari rangkaian sikap Anda benar. Sikap ini dimulai dari berhenti mengkhawatirkan segala sesuatunya, dan coba yakinkan diri bahwa everything will be allright.
Setiap kali kita beribadah, berdoa dan memuja Tuhan, tetapi setiap kali pula kita merasa takut. Padahal ketakutan adalah sebentuk ketidakyakinan terhadap Tuhan. "Kalau Anda berdoa tapi masih takut, mending jangan berdoa karena tidak yakin. Lebih baik Anda yakin, hidup ini berjalan sempurna, doanya pas-pasan tapi Anda yakin jauh lebih baik," kata Gede Prama. "Segala sesuatunya menjadi baik-baik saja jika Anda mencintai yang kecil," tegasnya.
Pintu kelima menuju keindahan dan kebahagiaan yakni tahu diri kita dan kita tahu kehidupan. Gede Prama bercerita tentang Ada cerita tentang kumpulan binatang yang hendak bikin sekolah karena mereka tidak mau kalah dengan manusia. Semua binatang mengikuti kursus berlari, berenang dam terbang. Tetapi 11 tahun kemudian, binatang-bintang tersebut merasa lelah sekali. Burung tetap hanya bisa terbang, ikan tetap hanya bisa berenang, dan serigala tetap hanya bisa berlari. Akhirnya mereka sampai pada sebuah kesimpulan, bahwa mereka harus tahu diri. Ikan mesti tahu diri hanya bisa berenang, burung mesti tahu diri hanya bisa terbang sedangkan serigala harus tahu diri hanya bisa berlari. Sehingga, seperti hewan-hewan tersebut, manusia-manusia yang tidak tahu diri adalah manusia yang tidak pernah ketemu keindahan dan kebahagiaan.
"Sumur kehidupan yang tidak pernah kering berada di dalam. Sumur ini hanya kita temukan dan kita timba airnya kalau kita bisa mengetahui diri kita sendiri," kata Gede Prama. Seandainya diri sendiri telah ditemukan, maka artinya kita kemudian mengetahui kehidupan.
Minggu, 04 April 2010
MANUSIA dan CINTA KASIH
Cinta adalah rasa sangat suka atau sangat tertarik. Sedangkan pengertian kasih itu sendiri adalah perasaan cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Maka jika kita lihat dari pengertiannya cinta dan kasih memiliki arti serupa tapi tak sama Penderitaan merupank suatu hal yang nyata yang dialami oleh setipa manusia. Penderitaan juga memiliki suatu tingkatan-tingkatan ada yang ringan sampaiyang berat. Setiap kesenangan pasti juga ad kebahagiaan.
Setiap manusia pasti memiliki rasa cinta, karena manusia diciptakan sempurna bisa berfikir, memiliki akal budi, dan saling membutuhkan. Manusia yang lahir dilengkapi dengan rasa cinta. Entah itu cinta pada diri sendiri, benda atau pun orang lain.
Cinta yang terbesar didunia ini adalah cinta Tuhan pada kita dan semua mahluk didunia. Tuhan memberi kita hidup untuk mati. Tuhan memberi kita kesengsaraan untuk kebahagiaan. Tuhan memberi kita tugas yang harus kita pelajari. Sangat Sayang Tuhan pada kita.
CintaNya membuat kita bisa bernafas, CintaNya menbuat kita dapat bahagia, CintaNya membuat kita damai.
Cinta Tuhan tak terhingga
Cinta Manusia hanya sebatas rasa kagum,rasa suka,rasa hormat,rasa cinta pada orang lain(teman ataupun pasangan). Cinta manusia tidak dapat mengalahkan cinta Tuhan.
Tuhan menunjukan cintaNya pada kita dengan bayak cara, termasuk bencana-bencana. Bukan Tuhan kejam, bukan Tuhan tega, tapi Tuhan ingin kita belajar dan mengerti. Bencana memang sangat merugikan tapi Tuhan mau kita bisa tabah dan belajar menerima dan bersyukur. Belajar menolong orang lain, mengasah kepekaan hati kita, menguji kita dengan cobaan orang lain. Bukan hanya menguji mereka yang terken bencana tetapi juga menguji kita sebagai manusia yang diberi cinta. Apakah cinta kita terpakai dengan baik untuk sesama?Cinta manusia yang membuat kita mau menolong orang lain.
Cinta bukan hanya membicarakan dua insan yanng saling terikat perasaan sayang yang mendalam.Tapi Cinta juga bersifat universal. Kita harus mengasah rasa cinta kita pada sesama agar cinta kita menjadi cinta yang besar.
Pemikiran ini muncul setelah melihat kekacauan dalam masyarakat, dimana terdapat banyak peperangan, yang berakibat muncul masalah anarki sosial.
I. HUBUNGAN MANUSIA dan MASYARAKAT dengan CINTA KASIH
Ada satu titik terang dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya pada saat itu, yaitu menemukan kembali “lem perekat” yang selama ini telah hilang. Perekat yang dapat menyatukan kembali setiap elemen yang ada dalam masyarakatnya agar kembali berfungsi sebagaimana layaknya sebuah masyarakat.
“lem perekat” tersebut adalah Adat Istiadat. Ada dua fungsi penting adat istiadat, pertama adalah kemampuan adat istiadat yang luar biasa untuk mengendalikan perbuatan-perbuatan yang bersifat asosial. Kedua, tahap sosialisasi dari adat istiadat ini berjalan dengan spontan tanpa pemikiran khusus. Anggota masyarakat menerima adat istiadat itu tanpa bertanya dan tanpa sadar. (Smith,1999,197)
Seperti telah diceritakan pada bab ini, terjadi banyak peperangan dan penurunan moral. Kejadian ini disebabkan karena telah menurunnya rasa kebersamaan yang diwujudkan dalam bentuk adat istiadat atau tradisi. Walter Lippmann mengatakan bahwa ketika tradisi mulai ditinggalkan dalam masyarakat maka masyarakat tersebut dalam keadaan terancam. Dan jika terputusnya kesinambungan tradisi itu tidak diperbaiki maka masyarakat tersebut akan terjerumus kedalam peperangan antar golongan.
Manusia dan masyarakat merupakan suatu elemen yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat harus menyesuaikan diri pada individu untuk menghindari stagnasi, dan individu pun harus menyesuaikan diri pada masyarakat untuk menjadi manusia, dan individu tidak bisa hidup atau berkembang tanpa bantuan masyarakat. (Jingpan, 1994, 175).
Adat istiadat atau tradisi merupakan sumber perekat dalam masyarakat.Tidak semua tradisi lama itu bisa diterapkan terus untuk masa sekarang. Tradisi harus mengalami penyesuaian sedangkan yang harus dijaga adalah kesinambungan tradisi itu agar terus hidup dalam masyarakat.
Tradisi ini akan berjalan baik dalam masyarakat apabila ada kesadaran dalam diri manusia yang ada dalam masyarakat. Dengan kata lain tradisi akan berjalan jika manusia yang ada dalam masyarakat mau menjalankannya secara sukarela tanpa paksaan dan sadar bahwa tradisi itu penting bagi kehidupannya dalam masyarakat.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa dibutuhkan orang-orang yang cinta akan kebenaran, patuh terhadap adat istiadat, dan selalu melakukan kebajikan. Maka untuk mewujudkan suatu bentuk masyarakat yang ideal dibutuhkan suatu wujud manusia yang ideal pula. Manusia ideal disini adalah manusia yang sangat sadar akan keberadaannya didalam masyarakat. Mereka adalah manusia yang telah mengerti akan jalan hati, rahasia transformasi benda-benda, sebab dari yang misterius dan kudus, lalu menyesuaikannya dengan sumber dan prinsip peredaran (prinsip yang mengatur hidup dan mati ). Hanya oleh ini manusia direalisasikan. Jadi seorang mengetahui “jalan langit” dan dalam hidupnya melaksanakan kebijakan kemanusiaan yang sempurna (jen) dan keadilan dalam hubungan antarpribadi (yi); ia menghiasi dirinya dengan ritus dan musik. Kemanusiaan, keadilan, ritus dan musik: inilah kebajikan dari orang yang telah mewujudkan dirinya; pengetahuan akan prinsip spiritual tentang transformasi: inilah yang menunjukkan keberhasilan kuasanya.
Setiap manusia pasti memiliki rasa cinta, karena manusia diciptakan sempurna bisa berfikir, memiliki akal budi, dan saling membutuhkan. Manusia yang lahir dilengkapi dengan rasa cinta. Entah itu cinta pada diri sendiri, benda atau pun orang lain.
Cinta yang terbesar didunia ini adalah cinta Tuhan pada kita dan semua mahluk didunia. Tuhan memberi kita hidup untuk mati. Tuhan memberi kita kesengsaraan untuk kebahagiaan. Tuhan memberi kita tugas yang harus kita pelajari. Sangat Sayang Tuhan pada kita.
CintaNya membuat kita bisa bernafas, CintaNya menbuat kita dapat bahagia, CintaNya membuat kita damai.
Cinta Tuhan tak terhingga
Cinta Manusia hanya sebatas rasa kagum,rasa suka,rasa hormat,rasa cinta pada orang lain(teman ataupun pasangan). Cinta manusia tidak dapat mengalahkan cinta Tuhan.
Tuhan menunjukan cintaNya pada kita dengan bayak cara, termasuk bencana-bencana. Bukan Tuhan kejam, bukan Tuhan tega, tapi Tuhan ingin kita belajar dan mengerti. Bencana memang sangat merugikan tapi Tuhan mau kita bisa tabah dan belajar menerima dan bersyukur. Belajar menolong orang lain, mengasah kepekaan hati kita, menguji kita dengan cobaan orang lain. Bukan hanya menguji mereka yang terken bencana tetapi juga menguji kita sebagai manusia yang diberi cinta. Apakah cinta kita terpakai dengan baik untuk sesama?Cinta manusia yang membuat kita mau menolong orang lain.
Cinta bukan hanya membicarakan dua insan yanng saling terikat perasaan sayang yang mendalam.Tapi Cinta juga bersifat universal. Kita harus mengasah rasa cinta kita pada sesama agar cinta kita menjadi cinta yang besar.
Pemikiran ini muncul setelah melihat kekacauan dalam masyarakat, dimana terdapat banyak peperangan, yang berakibat muncul masalah anarki sosial.
I. HUBUNGAN MANUSIA dan MASYARAKAT dengan CINTA KASIH
Ada satu titik terang dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya pada saat itu, yaitu menemukan kembali “lem perekat” yang selama ini telah hilang. Perekat yang dapat menyatukan kembali setiap elemen yang ada dalam masyarakatnya agar kembali berfungsi sebagaimana layaknya sebuah masyarakat.
“lem perekat” tersebut adalah Adat Istiadat. Ada dua fungsi penting adat istiadat, pertama adalah kemampuan adat istiadat yang luar biasa untuk mengendalikan perbuatan-perbuatan yang bersifat asosial. Kedua, tahap sosialisasi dari adat istiadat ini berjalan dengan spontan tanpa pemikiran khusus. Anggota masyarakat menerima adat istiadat itu tanpa bertanya dan tanpa sadar. (Smith,1999,197)
Seperti telah diceritakan pada bab ini, terjadi banyak peperangan dan penurunan moral. Kejadian ini disebabkan karena telah menurunnya rasa kebersamaan yang diwujudkan dalam bentuk adat istiadat atau tradisi. Walter Lippmann mengatakan bahwa ketika tradisi mulai ditinggalkan dalam masyarakat maka masyarakat tersebut dalam keadaan terancam. Dan jika terputusnya kesinambungan tradisi itu tidak diperbaiki maka masyarakat tersebut akan terjerumus kedalam peperangan antar golongan.
Manusia dan masyarakat merupakan suatu elemen yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat harus menyesuaikan diri pada individu untuk menghindari stagnasi, dan individu pun harus menyesuaikan diri pada masyarakat untuk menjadi manusia, dan individu tidak bisa hidup atau berkembang tanpa bantuan masyarakat. (Jingpan, 1994, 175).
Adat istiadat atau tradisi merupakan sumber perekat dalam masyarakat.Tidak semua tradisi lama itu bisa diterapkan terus untuk masa sekarang. Tradisi harus mengalami penyesuaian sedangkan yang harus dijaga adalah kesinambungan tradisi itu agar terus hidup dalam masyarakat.
Tradisi ini akan berjalan baik dalam masyarakat apabila ada kesadaran dalam diri manusia yang ada dalam masyarakat. Dengan kata lain tradisi akan berjalan jika manusia yang ada dalam masyarakat mau menjalankannya secara sukarela tanpa paksaan dan sadar bahwa tradisi itu penting bagi kehidupannya dalam masyarakat.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa dibutuhkan orang-orang yang cinta akan kebenaran, patuh terhadap adat istiadat, dan selalu melakukan kebajikan. Maka untuk mewujudkan suatu bentuk masyarakat yang ideal dibutuhkan suatu wujud manusia yang ideal pula. Manusia ideal disini adalah manusia yang sangat sadar akan keberadaannya didalam masyarakat. Mereka adalah manusia yang telah mengerti akan jalan hati, rahasia transformasi benda-benda, sebab dari yang misterius dan kudus, lalu menyesuaikannya dengan sumber dan prinsip peredaran (prinsip yang mengatur hidup dan mati ). Hanya oleh ini manusia direalisasikan. Jadi seorang mengetahui “jalan langit” dan dalam hidupnya melaksanakan kebijakan kemanusiaan yang sempurna (jen) dan keadilan dalam hubungan antarpribadi (yi); ia menghiasi dirinya dengan ritus dan musik. Kemanusiaan, keadilan, ritus dan musik: inilah kebajikan dari orang yang telah mewujudkan dirinya; pengetahuan akan prinsip spiritual tentang transformasi: inilah yang menunjukkan keberhasilan kuasanya.
Langganan:
Postingan (Atom)