I. SIMBOL sangat PENTING dalam KEHIDUPAN MANUSIA
Dalam setiap jalan spiritual kita akan jumpai tiga hal; filsafat, mitologi dan ritual. Filsafat adalah inti dari setiap jalan spritual. Mitologi menjelaskan spiritual melalui kisah/legenda tokoh-tokoh besar. Ritual adalah aktivitas atau karma dari spiritual itu sendiri. Ritual adalah sangat penting dalam setiap jalan spiritual.
Spritual adalah sesuatu yang abstrak, kenyataan sebagian besar dari kita sulit memahami segala sesuatu yang bersifat abstrak sampai kita bertumbuh menjadi lebih spiritual. Mudah bagi kita untuk memahami sesuatu ide tetapi ketika mengimplementasikannya suatu ide yang bersifat abstrak pada langkah yang nyata alamak… alangkah sulitnya. Oleh karenanya simbol-simbol adalah sebuah pertolongan luar biasa dalam hidup ini yang membantu kita memahami sesuatu yang abstrak.
Simbol-simbol telah digunakan oleh semua jalan spiritual dari jaman ke jaman. Kata-kata adalah simbol dari pikiran. Huruf-huruf yang kita gunakan untuk menyusun kata-kata dan kalimat sejatinya adalah sebuah simbol pula. Kalo boleh disimpulkan segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah simbol.
Ketika pertamakali kita belajar menghitung, sangat sulit mengerti proses penjumlahan dan pengurangan, apalagi pembagian dan perkalian. Biasanya guru yang kreatif akan mengajarkan kita menggunakan gambar-gambar tertentu yang akrab dengan kehidupan kita dan mudah dipahami. Gambar-gambar inipun adalah juga sebuah simbol.
Suatu bangsa, Negara, perusahaan atau organisasi; biasanya terdiri dari berbagai macam perbedaan di dalamnya misalnya;suku, ras, bahasa, budaya, untuk mengenalinya sangat sulit oleh karena itu diperlukan suatu identitas dengan menghadirkan lambang/simbol organisasi. Timbullah kemudian bendera, logo, seragam/uniform yang bisa kita gunakan untuk mengidentifikasikan sesuatu yang bersifat abstrak dan sesuatu yang bersifat jamak.
Demikian pula saat kita belajar ilmu pengetahuan, para ilmuan merumuskan sesuatu yang abstrak menjadi sebuah formula yang terdiri dari simbol-simbol yang mewakili suatu variable ataupun konstanta tertentu. Misalnya F sebagai simbol dari gaya, m simbol dari massa, g adalah simbol dari gravitasi.
Dalam lalu lintas atau transportasi, warna merah, kuning dan hijau juga digunakan sebagai simbol untuk mewakili keadaan tertentu yang patut kita patuhi, merah untuk berhenti, kuning untuk hati-hati, dan hijau untuk jalan terus.
Oleh karenanya dalam belajar spiritual yang sejatinya memahami suatu kekuatan yang maha agung yang menciptakan segala yang ada, yang memelihara segala yang ada pun yang mengembalikan segala sesuatu yang ada diperlukanlah sebuah simbol yang dalam bahasa saskerta disebut rupa dan nama. Hadirlah kemudian nama; Tuhan, God, Allah, Hyang Widdhi, Hyang Sangkan Paraning Dumadi, Hyang Embang, dll.
Beliau yang maha segala-galanya, tidak mampu dijangkau oleh logika manusia, oleh karenanya dihadirkanlah simbol simbol tertentu untuk membantu memahami-Nya. Seperti bendera merah putih sebagai bendera bangsa Indonesia. Bukanlah warna itu yang mendeskripsikan Indonesia secara menyeluruh, dua warna itu hanyalah sebagai identitas dari negeri tercinta ini yang menjiwai semangat bahwa; merah = berani, putih berarti suci. Kita tidak takut melangkah di jalan yang benar, di jalan yang suci. Kita berani melangkah karena tahu bahwa yang kita lakukan itu benar dan suci dan sebaliknya.
Seorang prajurit atau polisi memerlukan sebuah boneka sebagai sasaran dalam berlatih menembak atau memanah. Tujuannya agar dia mampu mengkonsentrasikan pikirannya pada satu sasaran tembak, sehingga nantinya dia mampu menembak musuh atau penjahat pada tempat atau sasaran yang tepat, misalnya menembak kakinya, menembak tangannya tanpa harus membunuhnya.
Dalam bersembahyang mengkonsentrasikan pikiran kepada kekuatan yang maha agung yang kemudian disebut orang dengan nama Tuhan, Allah, Hyang Widdhi ataupun God. Tidaklah mudah sehingga kemudian orang menggunakan simbol sebagai sarana untuk memudahkan menkonsentrasikan pikiran. Sebagian orang menyebutkan nama-nama Tuhan dalam aktivitas sepritualnya sehingga mampu menghadirkan kedamaian, mampu mengkonsentrasikan pikirannya yang terbang ke sana kemari. Sebagian orang menggunakan rupa tertentu sebagai sarana untuk memudahkan mengkonsentrasikan pikirannya.
Namun bila mereka yang kerap menggunakan nama dan rupa ini kemudian menganggap bahwa nama dan rupa itu adalah Tuhan itu sendiri. Nah inilah yang kemudian menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam aktivitas spritualnya. Misalnya dia menganggap bahwa batu itu Tuhan, Kayu itu Tuhan, Lukisan itu Tuhan, dan lain sebagainya. Kayu, Batu digunakan untuk melukiskan suatu bentuk kekuatan Tuhan yang diwujudkan dalam bentuk patung sebagai objek dari konsentrasi.
Pikiran manusia biasa kontak dengan alam nyata, membawa dia langsung menuju alam abstrak tidaklah mudah, memang ada beberapa orang yang mampu melakukannya, namun senyatanya kebanyakan dari kita sangat sulit langsung menuju kepada hal yang abstrak itu. Oleh karenanya untuk memudahkan mengkonsentrasikan pikiran maka kita memerlukan kehadiran dari simbol-simbol itu. Gambar apel yang digunakan oleh guru-guru matematika dalam mengajarkan proses penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian atau perpangkatan. Gambar orang yang digunakan oleh polisi atau prajurit untuk menjadi sasaran tembak dalam berlatih. Huruf-huruf tertentu seperti E, F, m, a, g, h, dan lainnya digunakan untuk mewakili energi, gaya, massa, percepatan gravitasi, ketinggian, dalam belajar ilmu fisika.
Demikian pula dalam aktivitas spiritual, patung-patung, lukisan-lukisan, pratima-pratima, dan rupa-rupa yang lain dihadirkan untuk membantu manusia mengarahkan dan mengkonsentrasikan pikiran menuju pada kekuatan yang tak mampu dijangkau oleh pikiran yang menciptakan, memelihara dan mengembalikan kembali segala yang ada di alam samesta ini.
II. TINGKATAN KEHIDUPAN yang PENUH dengan KEINDAHAN dan KEBAHAGIAAN
Untuk mencapai tingkatan kehidupan yang penuh keindahan dan kebahagiaan, seseorang harus melalui 5 lima buah 'pintu' yang menuju ke tempat tersebut.
Pintu pertama adalah stop comparing, start flowing. "Stop membanding dengan yang lain. Seorang ayah atau ibu belajar untuk tidak membandingkan anak dengan yang lain. Karena setiap pembandingan akan membuat anak-anak mencari kebahagiaan di luar," ujar Gede Prama.
Setiap penderitaan hidup manusia, setiap bentuk ketidakindahan, menurut Gede Prama, dimulai dari membandingkan. Presiden Direktur Dynamics Consulting ini kemudian mencontohkan Michael Jackson, sebagai orang yang sering kali membandingkan dirinya dengan orang lain. "Uangnya banyak, mampu mengongkosi hobinya untuk operasi plastik. Sehingga orang yang hidup dari satu perbandingan ke perbandingan lain, maka hidupnya kurang lebih sama dengan seorang Michael Jackson. Leads you nowhere," kata Gede Prama dengan logatnya yang khas.
Karena itu, Gede Prama mengajak peserta ke sebuah titik, mengalir (flowing) menuju ke kehidupan yang paling indah di dunia, yaitu menjadi diri sendiri. Apa yang disebut flowing ini sesungguhnya sederhana saja. Kita akan menemukan yang terbaik dari diri kita, ketika kita mulai belajar menerimanya. Sehingga kepercayaan diri juga dapat muncul. Kepercayaan diri ini berkaitan dengan keyakinan-keyakinan yang kita bangun dari dalam. "Tidak ada kehidupan yang paling indah dengan menjadi diri sendiri. Itulah keindahan yang sebenar-benarnya !" seru pengagum Kahlil Gibran dan Jalalluddin Rumi ini.
Pintu kedua menuju keindahan dan kebahagiaan adalah memberi. Sebab utama kita berada di bumi ini, kata Gede Prama, adalah untuk memberi. "Kalau masih ragu dengan kegiatan memberi, artinya kita harus memberi lebih banyak," ujar pemilik gelar MBA dan MA di bidang perilaku organisasi ini. "Saya melihat ada 3 tangga emas kehidupan. I intend good, I do good and I am good. Saya berniat baik, saya melakukan hal yang baik kemudian saya menjadi orang baik. Yang baik-baik itu bisa kita lakukan, bila kita konsentrasi pada hal memberi," lanjut Gede Prama lagi.
Memberi tidak harus selalu dalam bentuk materi. Pemberian dapat berbentuk senyum, pelukan, perhatian, dan setiap manusia yang sudah rajin memberi, dia akan memasuki wilayah beauty and happiness. "Saya sering bertemu dengan orang-orang kaya. Ada yang suka memberi, ada yang pelit. Saya melihat orang yang tidak suka memberi muka orang itu keringnya minta ampun. Orang yang mukanya kering ini bertanya pada saya, apa rahasia kehidupan yang paling penting yang bisa saya bagi ke saya. Saya bilang : sleep well, eat well," ungkap Gede Prama sambil tersenyum.
Artinya memang, untuk ongkos untuk menjadi bahagia tidak mahal. Hanya saja orang sering kali memperumit hal yang sudah rumit. Kalau kita sederhanakan, sleep well, eat well akan jadi mudah jika diikuti dengan kegiatan memberi. "Tak perlu khawatir, setiap pemberian itu ada yang mencatat. Jika atasan Anda di kantor tidak mencatat pemberian Anda, ada 'Atasan Tertinggi' yang mencatatnya. Mirip dengan petani, orang-orang yang suka memberi akan memanen hasil-hasil yang tidak diharapkan," tutur Gede Prama.
Cahaya Di Dalam
Pintu ketiga untuk menuju keindahan dan kebahagiaan adalah berawal dari semakin gelap hidup Anda, semakin terang cahaya Anda di dalam. Perhatikanlah bintang di malam hari tampak bercahaya, jika langitnya gelap. Sedangkan, lilin di sebuah ruangan akan bercahaya bagus, jika ruangannya gelap. Artinya, semakin Anda berhadapan dengan masalah dan cobaan dalam hidup, semakin bercahaya Anda dari dalam. "Jika Anda punya suami yang keras dan marah-marah, jangan lupa mengucapkan terima kasih pada Tuhan. Karena suami yang keras dan marah-marah, diciptakan untuk Anda, membuat sinar dari dalam diri Anda bercahaya. Anda punya istri cerewetnya minta ampun. Ucapkan terima kasih pada Tuhan, karena orang cerewet adalah guru kehidupan terbaik. Paling tidak dari orang cerewet kita belajar tentang kesabaran. Jika Anda punya atasan diktatornya minta ampun, itu sengaja ada yang kirim. Agar Anda belajar tentang kebijaksanaan," ujar Gede Prama membesarkan hati.
Orang yang pada akhirnya menemukan keindahan dan kebahagiaan, menurut Gede Prama, biasanya telah lulus dari universitas kesulitan. Semakin banyak kesulitan hidup yang kita hadapi, semakin diri kita bercahaya dari dalam. Mengutip perkataan Jamaluddin Rumi, semuanya dikirim sebagai pembimbing kehidupan dari sebuah tempat yang tidak terbayangkan. "Tidak hanya orang cantik saja yang berguna, orang jelek juga berguna. Gunanya adalah karena orang jelek, orang cantik terlihat jadi tambah cantik," kata Gede Prama disambut tawa peserta. "Jadi semuanya ada gunanya, untuk menghidupkan cahaya-cahaya beauty and happiness," tegasnya.
Pintu keempat adalah surga bukanlah sebuah tempat, melainkan adalah rangkaian sikap. "Bila Anda melihat hidup penuh dengan kesusahan dan godaan, maka neraka tidak ketemu setelah mati. Neraka sudah ketemu sekarang," ujar Gede Prama. Sedangkan Anda akan bertemu surga, jika hasil dari rangkaian sikap Anda benar. Sikap ini dimulai dari berhenti mengkhawatirkan segala sesuatunya, dan coba yakinkan diri bahwa everything will be allright.
Setiap kali kita beribadah, berdoa dan memuja Tuhan, tetapi setiap kali pula kita merasa takut. Padahal ketakutan adalah sebentuk ketidakyakinan terhadap Tuhan. "Kalau Anda berdoa tapi masih takut, mending jangan berdoa karena tidak yakin. Lebih baik Anda yakin, hidup ini berjalan sempurna, doanya pas-pasan tapi Anda yakin jauh lebih baik," kata Gede Prama. "Segala sesuatunya menjadi baik-baik saja jika Anda mencintai yang kecil," tegasnya.
Pintu kelima menuju keindahan dan kebahagiaan yakni tahu diri kita dan kita tahu kehidupan. Gede Prama bercerita tentang Ada cerita tentang kumpulan binatang yang hendak bikin sekolah karena mereka tidak mau kalah dengan manusia. Semua binatang mengikuti kursus berlari, berenang dam terbang. Tetapi 11 tahun kemudian, binatang-bintang tersebut merasa lelah sekali. Burung tetap hanya bisa terbang, ikan tetap hanya bisa berenang, dan serigala tetap hanya bisa berlari. Akhirnya mereka sampai pada sebuah kesimpulan, bahwa mereka harus tahu diri. Ikan mesti tahu diri hanya bisa berenang, burung mesti tahu diri hanya bisa terbang sedangkan serigala harus tahu diri hanya bisa berlari. Sehingga, seperti hewan-hewan tersebut, manusia-manusia yang tidak tahu diri adalah manusia yang tidak pernah ketemu keindahan dan kebahagiaan.
"Sumur kehidupan yang tidak pernah kering berada di dalam. Sumur ini hanya kita temukan dan kita timba airnya kalau kita bisa mengetahui diri kita sendiri," kata Gede Prama. Seandainya diri sendiri telah ditemukan, maka artinya kita kemudian mengetahui kehidupan.
Selasa, 06 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar